Semenjak aku memiliki anak yang kelima, rasanya hari-hariku semakin padat. Tak teratur, meski telah kucoba untuk membuat daftar yang harus dikerjakan. Seringkali itu hanya menjadi niat di awal, tapi lalai dalam pelaksanaannya. Terlebih jika pekerjaan rumah tangga yang digarap adalah sisa kemarin yang belum juga tuntas. Biasanya keterlambatan penyelesaian itu karena kondisi yang tidak memungkinkan, seperti bayi yang rewel dan minta gendong seharian.
Untuk menentramkan diri, kadang aku harus menerima rumah yang berantakan. Pesan makanan jadi karena tak sempat memasak. Sisanya, sebisaku untuk mengerjakannya. Anak-anak belum cukup bisa diandalkan untuk membantu orang tua. Mengajarinya mungkin tak sulit, tapi menyuruhnya agar mengikuti segera apa yang diminta, itu perlu nafas panjang. Tak ingin lelah marah-marah, pada akhirnya kubiarkan saja apa yang mereka kerjakan. Hanya jika waktu telah maghrib, rumah sudah dikondisikan untuk mengaji.Â
Kesibukan yang muncul akhir-akhir ini, rasanya tak lagi tertangani dengan baik. Lantaran pekerjaanku bertambah, yaitu menulis sepanjang waktu yang memungkinkan. Kesibukan yang telah muncul sekitar setahun ini, membuat hariku terasa lebih padat dari sebelumnya. Karena aku hampir tak memiliki waktu untuk bersenang-senang. Setiap hari seperti ada yang kurang, jika belum menyelesaikan tulisan. Ya, entah itu sebuah artikel, atau cerita dalam novel yang sedang kukerjakan.
Tapi aku bersyukur, kesibukan ini bukanlah kesia-siaan. Justru ini adalah batu loncatan bagiku, menjadi orang yang mampu menghasilkan karya dari menulis. Semoga suatu saat nanti, ia akan menjadi berlian, atau harta karun yang terus memiliki manfaat.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI