Mohon tunggu...
Ethan Widjaja
Ethan Widjaja Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA

Mengerjakan Tugas Bahsasa Indonesia yang Ditugaskan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lookism: Ketika Penampilan Menjadi Segalanya

28 April 2024   18:50 Diperbarui: 28 April 2024   21:07 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pinterest.com/pin/683913893415038869/

    Dalam dunia yang semakin terkoneksi secara global dan media sosial yang mendominasi kehidupan sehari-hari, penampilan seringkali dianggap sebagai salah satu aspek terpenting dalam interaksi sosial. Namun, ketika penampilan menjadi ukuran utama keberhasilan seseorang, kita berbicara tentang fenomena yang dikenal sebagai "lookism".

Apakah Itu Lookism?

Lookism adalah diskriminasi atau preferensi berdasarkan penampilan fisik seseorang. Istilah ini pertama kali muncul pada tahun 1978 dalam buku berjudul "The Lonely Crowd" karya William H. Whyte Jr., yang menggambarkan perilaku sosial yang memberikan nilai lebih pada orang berpenampilan menarik.

Peran Media Sosial dalam Perpetuasi Lookism

Perkembangan teknologi, terutama media sosial, telah memperkuat fenomena lookism. Di platform seperti Instagram dan TikTok, gambar dan video sering kali disaring, diedit, atau difilter agar sesuai dengan standar kecantikan yang ditetapkan oleh masyarakat. Hasilnya, standar kecantikan yang tidak realistis seringkali dipersepsikan sebagai norma yang harus diikuti, meningkatkan tekanan pada individu untuk mencapai tampilan yang sempurna.

Dampak Negatif Lookism

Lookism tidak hanya mempengaruhi individu secara psikologis, tetapi juga sosial dan ekonomis. Individu yang dianggap memiliki penampilan yang menarik cenderung mendapatkan lebih banyak kesempatan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, pendidikan, dan hubungan interpersonal. Sebaliknya, orang yang dianggap kurang menarik seringkali mengalami diskriminasi, stereotip, dan bahkan bullying.

Bagaimana Mengatasi Lookism?

Mengatasi lookism memerlukan upaya bersama dari individu, masyarakat, dan pemerintah. Pertama, kita perlu menyadari bahwa penampilan fisik bukanlah penentu utama nilai seseorang. Pendidikan yang mendorong penghargaan terhadap keberagaman penampilan dan mempromosikan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai seperti kepribadian, bakat, dan kecerdasan emosional sangatlah penting.

Selain itu, masyarakat juga harus berupaya untuk mendorong representasi yang lebih beragam di media dan industri. Mengakui kecantikan dalam berbagai bentuk dan warna, serta menghargai keragaman penampilan, adalah langkah penting dalam melawan diskriminasi berdasarkan penampilan.

Pemerintah juga dapat berperan dengan menerapkan kebijakan anti-diskriminasi yang melindungi individu dari perlakuan yang merugikan berdasarkan penampilan fisik.

Konklusi

Lookism adalah masalah serius yang mempengaruhi kehidupan banyak orang di seluruh dunia. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya mengatasi diskriminasi berdasarkan penampilan, kita dapat bergerak menuju masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua individu, tanpa memandang penampilan fisik mereka.

Mari bersama-sama membangun dunia di mana nilai seseorang bukanlah terletak pada penampilan mereka, tetapi pada karakter, keahlian, dan kontribusi yang mereka berikan pada masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun