Mohon tunggu...
Ethan Hunt
Ethan Hunt Mohon Tunggu... -

Dunia ini adalah sekolah bagi kita dalam mempelajari dan memahami kehidupan.. yang membuat kita semakin bijak, dan salah satunya adalah KOMPASIANA..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Alangkah Lucunya Melihat Politisi Berdebat

25 Februari 2014   17:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:29 1763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seorang teman me­-mention akun penulis semalam. Dia meminta penulis melihat debat yang sedang terjadi di sebuah stasiun televisi. Dengan ogah-ogahan, karena sedang bermain dengan si kecil, penulis pun membuka channel stasiun TV yang dimaksud teman tersebut.

Pada tayangan tersebut terlihat lima sosok, dimana salah satunya adalah seorang perempuan dengan pakaian biru. 4 sosok lainnya adalah laki-laki, masing-masing menggunakan pakain atau jas maupun jaket dengan warna kuning, putih, merah dan biru lagi. Tapi biru laki-laki tersebut berbeda dengan biru perempuan. Tidak terlihat satu sosok pun yang memakai warna hijau. Jika ada akan lengkaplah warna-warna itu diatas dipanggung tersebut.

Penulis tidak mengikuti acara tersebut dari awal, tapi penulis melihat ada 2 orang masyarakat yang dihadirkan untuk menyampaikan keluh kesah mereka tentang apa yang dialaminya sehari-hari menyangkut kesejahteraan hidup. Audiens yang lain adalah simpatisan atau pendukung dari 5 sosok tadi, plus kehadiran 3 orang panelis.

Saat penulis melihat acara tersebut, semuanya hanya menyampaikan secara general tentang kesejahteraan. Tapi tidak ada yang langsung ke pokok persoalan, atau how to, seperti uneg-uneg yang disampaikan 2 orang masyarakat tersebut. Terlebih lagi 4 sosok yang merupakan bagian pemerintah saat ini, kecuali si merah, mereka seakan berjualan dengan orang miskin menjadi objeknya.

Bagaimana sosok perempuan berpakaian biru, yang merupakan mantan komisioner KPU, terlihat menggebu-gebu menyampaikan keberhasilan pemerintahan sekarang. Dengan bangga dan semangat, dia sampaikan jika ini dan itu berhasil karena program yang diusung pemerintah sekarang. Penulis hanya tertawa saja melihat caranya mirip seperti penjual obat ketika mendagangkan barang jualannya.

‘Ayo..ayo.. yang jauh mari mendekat. Yang dekat mari merapat. Ini obat bla bla bla ...’

Sungguh lucu melihat bagaimana politisi-politisi tersebut berdebat dan menyampaikan argumennya ditengah panggung dan ditonton oleh orang banyak, tapi seperti penjual obat. Karena, kembali lagi, mereka hanya menyampaikan secara umum atau general dan bukan ke pokok persoalan, how to.

Penulis jadi teringat ketika beberapa waktu lalu menyaksikan debat siswa sekolah. Tingkah dan pola siswa tersebut hampir sama dengan sosok-sosok yang berdiri dan berdebat semalam. Siapa yang mencontoh siapa, penulis tidak tahu. Apa siswa sekolah itu yang mencontoh politisi ketika berdebat di televisi atau para politisi itu yang meniru gaya debat siswa sekolah?

Seringkali dan terulang terus, para politisi ini mencari masyarakat atau konstituennya ketika hajatan politik sudah didepan mata. Mereka berlomba-lomba menawarkan ini dan itu agar terpilih lagi dan syahwat politik mereka tersalurkan. Tapi ketika terpilih mereka lupa terhadap masyarakat yang telah memilihnya.

Seorang teman pernah berkata, politisi dan caleg itu seperti orang yang mengendarai mobil. Ketika lagi butuh masyarakat, maka mereka akan berlomba membuka kaca mobil, melambai dan membagi-bagi sesuatu. Maka ketika terpilih, kaca mobil itu tidak akan terbuka lagi, meski ada masyarakat mengetuk meminta pertolongan.

Masyarakat paling tidak telah mengetahui kualitas dari caleg yang akan mereka pilih pada pemilihan legislatif tanggal 9 April nanti seperti apa. Apakah mereka bisa dipercaya sebagai wakil masyarakat di dewan, atau malah mereka akan mengkhianati konstituennya setelah terpilih ?

Tapi akhir dari debat semalam adalah mereka menganggap bahwa masalah kesejahteraan itu akan selesai dengan menambah anggaran. Dengan anggaran bertambah, maka akan semakin banyak program yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi kesejahteraan. Dan dengan bertambahnya anggaran, maka akan semakin banyak juga uang bisa ‘hilang’ dan masuk kantung sendiri atau partai.

Mereka seperti tidak belajar dari anggaran pendidikan yang sangat besar. Ternyata masih banyak anak-anak usia sekolah harus terputus pendidikannya. Juga bagaimana kesenjangan pendidikan yang terjadi antara kota-kota besar dengan di pedalaman hutan atau gunung. Dan anggaran yang besar tidak mampu menjawab permasalahan yang ada.

Dan diakhir acara diumumkanlah siapa diantara ke-5 sosok itu yang dipilih oleh masyarakat berdasarkan vote sms. Sosok yang memakai pakaian putih terlihat sumringah karena memperoleh dukungan diatas 50 %. Sedangkan sosok dengan warna kuning, yang satu partai dengan pemilik stasiun televisi debat tersebut, hanya tersenyum kecil karena berada diposisi paling buncit.

Ah.. paling tidak semalam penulis sudah melihat sebuah dagelan dan lelucon, yang membuat otot-otot diwajah bisa mengendur, di sebuah panggung debat pada sebuah stasiun televisi. Ternyata, debat politisi tersebut tidak kalah lucu dengan dengan debat siswa/siswi di sekolah.

Salam

25022014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun