Dini hari nanti akan tersaji leg-2 laga semifinal Liga Champions antara Bayern Muenchen menghadapi Real Madrid. Jika minggu lalu Muenchen yang bertandang ke Santiago Bernabeu, maka Rabu tengah malam waktu Indonesia giliran Madrid yang akan berkunjung ke Allianz Arena.
Bisa dipastikan akan tersaji laga yang sangat panas karena kedua tim sangat berambisi untuk melaju ke Estadio da Luz di Lisbon, kandang klub Benfica, tempat penyelenggaran final Liga Champions musim ini. Jika Muenchen berambisi untuk mengulang torehan musim lalu dan menjadi back-to-back Champions, maka Madrid sangat berambisi untuk merengkuh gelar kesepuluh mereka, La Decima.
Pada pertemuan pertama minggu lalu di Santiago Bernabeu, Muenchen begitu dominan dalam menguasai permainan. Namun sebuah serangan balik cepat yang diakhiri tendangan Karim Benzema di pertengahan babak pertama, menjadi pembeda pada laga tersebut. Hingga peluit akhir dibunyikan, Robben dkk tidak mampu membongkar pertahanan rapat Madrid. Selain itu, Iker Casillas sendiri bermain cemerlang dengan beberapa kali berhasil mementahkan serbuan pemain Muenchen.
Maka tidak ada jalan lain bagi pasukan Josep Guardiola dini hari nanti selain bermain lebih baik dan lebih bagus dalam memanfaatkan setiap peluang untuk di konversi menjadi gol. Die Roten harus bermain lebih agresif lagi dibanding laga sebelumnya.
Arjen Robben dan Franc Ribbery yang kurang bersinar pada leg-1, harus benar-benar tampil fit untuk membongkar pertahanan Madrid. Dengan sudah fitnya Thomas Mueller, maka Mario Mandzukic atau Claudio Pizzaro, yang menjadi target man, akan semakin sering mendapat suplai bola. Bila masih buntu, maka masih ada Mario Goetze ataupun Toni Kross yang bisa menjadi super-sub. Belum lagi dengan sudah pulihnya Thiago Alcantara, tentu akan memberikan suntikan tambahan bagi Muenchen. Namun tetap ada celah yang membuat risau Die Roten, yaitu lini belakang.
Lini belakang Muenchen terlihat keteteran saat harus adu cepat dengan penyerang maupun gelandang Madrid. Itu yang terlihat jelas pada pertandingan di Madrid minggu lalu. Boateng maupun Dante sering kesulitan ketika diajak adu sprint oleh Ronaldo. Bahkan gol Madrid sendiri diawali oleh kecepatan Coentrao yang menusuk ke jantung Muenchen sebelum memberikan umpan matang pada Benzema.
Madrid sendiri tentu sangat berambisi besar untuk melangkah ke partai puncak pertamanya dalam 12 tahun terakhir. La Decima menjadi target mereka saat ini. Hal itu pula yang menyebabkan Jose Mourinho dipecat karena gagal mempersembahkan trophy Liga Champions bagi Madrid.
Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale sendiri sudah fit dan akan kembali diturunkan bersamaan sejak babak pertama untuk menemani Karim Benzema di lini depan. Pada laga minggu lalu, Ronaldo tidak dapat bermain penuh dan digantikan Bale dipertengahan babak kedua karena masih belum fit dari cidera yang dialami.
Menilik laga sebelumnya, maka kaki-kaki cepat milik Ronaldo, Bale, Benzema, Marcello dan Coentrao akan semakin dimanfaatkan oleh Ancelotti untuk melakukan serangan balik cepat. Itu terbukti pada leg-1 karena dari aksi yang diawali pergerakan Ronaldo menjadi awal petaka bagi Muenchen.
Madrid sendiri diuntungkan karena mereka sudah unggul agregat satu gol. Jika mereka bisa mencetak gol cepat, maka peluang Madrid akan semakin besar untuk menjejak partai final, karena Madrid memiliki barisan pertahanan yang bermain rapat, bak catenacio ala Italia. Tim tamu sendiri sudah mengirim pesan bahwa mereka tidak akan lagi menunggu di area pertahanan seperti di laga sebelumnya.
Keberadaan Ronaldo, Bale dan Benzema akan semakin berbahaya jika Luka Modric bermain dalam performa terbaiknya. Umpan-umpan daerah playmaker asal Kroasia, yang terus menanjak permainannya, akan menjadi santapan empuk bagi pelari cepat milik Madrid.
Namun langkah Madrid sendiri untuk melaju ke partai puncak dibayangi oleh catatan buruk mereka dalam tiga musim terakhir di kasta tertinggi kompetisi antar klub Eropa tersebut. Madrid selalu gagal melaju ke final sejak musim 2010/2011 kendati sudah menjejak babak semifinal.
Pada musim 2010/2011, Barcelona menjadi pengganjal Madridi dibabak semifinal. Semusim setelahnya giliran Bayern Muenchen, lawan yang dihadapi musim ini, yang menyingkirkan Madrid. Dan kesialan itu terus berlanjut musim lalu saat Madrid harus tersingkir dari klub Jerman lainnya, Borussia Dortmund. Semua kegagalan itu dialami Madrid saat masih ditangani Jose Mourinho.
Bisakah Madrid ditangan Ancelotti memupus catatan buruk tersebut? Seperti diketahui, Ancelotti memiliki catatan yang sangat baik dengan tim Jerman saat masih menangani AC Milan dulu. Dari tujuh kali pertemuannya dengan klub asal Jerman, Don Carlo berhasil menang 5 kali dan imbang sekali tanpa pernah mengalami kekalahan.
Ataukah justru Pep Guardiola yang akan melangkah ke partai puncak ketiganya sebagai pelatih? Dua laga final sebelumnya dicapai saat masih menangani Barcelona dengan torehan rekor 100 persen di partai puncak. Artinya, saat Barcelona dibawa ke partai puncak, maka trophy juara selalu dibawa pulang. Akankah hal itu juga dialami Pep di musim pertamanya bersama Muenchen?
Jika hal teknis sudah imbang, maka mental juaralah yang akan berbicara pada leg-2 babak semifinal antara Muenchen kontra Madrid dini hari nanti. Selain itu, dukungan suporter tentu akan memberikan spirit tambahan. Apalagi fans Muenchen sudah berjanji akan memerahkan Alianz Arena dan memerikan teror pada Ronaldo dkk.
Well, kesalahan sedikit saja yang dilakukan akan membuat lawan memiliki peluang lebih besar untuk melangkah ke Lisbon. Belajarlah dari kesalahan kecil yang dilakukan Steven Gerrard saat menghadapi Chelsea akhir pekan lalu.
Salam
29042014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H