Mohon tunggu...
Edi Tempos
Edi Tempos Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya lahir di sumatera selatan, pernah tinggal di jambi. Lalu sekarang berada di jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money

Mencermati Persaingan Plus 1 (Made In china)

16 Juni 2010   02:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:31 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dunia kini diserbu made in china, dari pakaian, jam, hape dan semua alat rumah tangga yang menggunakan listrik. Seakan dunia harus berterimakasih kepada negeri Mao,- tapi sebaliknya juga perlu gelisa dengan serbuan made in china tersebut. Mengapa ?
China selalu muncul dengan persaingan plus 1. Misalnya dia membuat sejadah,- yang ditambahkan arah mata angin untuk menentukan titik kiblat. Misalnya lagi produk hape china, yang ditambahkan dengan fasilitas TV. Dan ini terus berkembang,- terus berinovasi. Sebagai bentuk persaingan bisnis di negerinya sendiri, selanjutnya meluas ke dunia. Dari sisi bentuk yang terlihat dengan kasat mata,- produk china juga tidak kalah menariknya, apalagi ditambah dengan teknologi,- produsen china terus melaju,- dengan persaingan yang sangat ketat.
ciri bentuk persaingan produk china adalah price. Produk keluaran china selalu mengedepankan persaingan harga murah, dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Akibat dari persaingan ini produk china perlu dipertanyakan dan diseleksi untuk menentukan keamanan, dan keselamatan bagi penggunanya. Marilah kita senantiasa mengingatkan pemerintah kita, bahwa saat ini harga Hape sudah sangat murah, dan jauh diatas harga normal. Sebuah produk hape china yang sudah menggunakan merk lokal, saat ini disudut sudut kota jakarta di promosikan dengan harga 299 ribu rupiah. Atau sekitar 30 US. Bayangkan dengan 2 tahun lalu hape china rata-rata masih diatas 70 US,- ini terjadi penurunan harga yang luar biasa.
Saya hanya mengingatkan dampak dari penurunan ini perlu juga dipikirkan standar keamanan dan keselamatan pemakainya. Misalnya dari sisi radiasi signal, dari kwalitas suara apakah berdampak pada pendengaran pemakai.
Instansi yang terkait pada standarisasi mutu barang, seperti SNI, seperti deparpostel supaya lebih selektif didalam penentuan izin dan penerbitan rekomendasi bagi rakyat Indonesia,- terutama pada pemakaian jangka panjang.
Produk lain yang perlu dicermati adalah alat memasak yang boros energi. Seperti alat pemanas air, alat masak nasi. Yang rata-rata menggunakan watt besar. Dari sisi harga memang sangat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Misalnya alat rice cokkers hanya 80 ribu rupiah. Tapi cobalah hitung alat ini memerlukan watt besar. Dari jangka panjang justru alat ini menimbulkan pemborosan. Terutama pemakaian listrik jadi membengkak. Secara Nasional kalau tidak dibatasi peredaran alat ini akan semakin berdampat bagi devisit listrik nasional.
Semoga pemerintah menyadari. semoga.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun