Mohon tunggu...
Edi Tempos
Edi Tempos Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya lahir di sumatera selatan, pernah tinggal di jambi. Lalu sekarang berada di jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money

Dadu Guncang Six Bo Singapura, Guncang Warga Batam

11 Juni 2010   11:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:36 4354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Lelaki berumur itu menggoyang-goyangkan tangannya. Dari raut wajahnya masih terkesan segar,- penuh semangat. Dari bahasa tubuhnya,- dia memberi aba-aba supaya taksi-taksi yang mengantri di terminal 2 Cangi,- cepat maju,- dan maju. Mengingat didalam banyak penumpang yang mengantri untuk naik taksi menuju ke kota.

Sabtu, 6 Juni 2010. Bandara Cangi seperti sudah terbiasa dengan kesibukan,- dan orang yang transit disana. Saya sempat berlari dulu didalam terminal untuk mencari smoking areal,- untuk meracuni tubuhku dengan nikotin. Sebelumnya dari Jakarta,- begitu naik dan duduk dikursi pesawat yang membawa saya,- untuk menuju Singapura. Aku langsung mengambil posisi rileks,- untuk bisa tertidur. Mengingat,- itu saya tidur jam 03.00 dan bangun jam 05. Artinya tidurku hanya 2 jam.

usai menulis Liputan tengah Malam; Menonton Tari Bugil di Club,- sepertinya mendapat tempat di lifestyle,- Kompasiana. Oleh sang waktu,- kembali menggiring saya,- ke negeri yang saat ini dipimpin oleh BM Lee itu.

Lelaki yang mengoyangkan tangannya, memberikan inspirasi kepada kita, hidup sepertinya bukan semata-mata karena uang,- atau kita bekerja hanya mengejar uang. Bahwa di usia yang seharusnya di pensiun,- dia masih enerjik,- memberikan sisa hidupnya untuk orang lain. Mungkinkah lelaki berumur itu,- masih harus bekerja karena pada masa mudanya mals-malasan ?

Tidak sempat saya bertanya,- dua sudah mempersilakan saya untuk naik ke taksi berwarna putih. Wah kali ini saya berkesempatan naik taksi jekas Mercy. Lagaknya seorang bos,- saya duduk di kursi belakang. Supir taksi menanyakan, where are you Going ?

Saya jawab; "Marina Bey,Sand"

"Casino, sir ?" supir taksi itu memastikan tujuan perjalananku, dari ciri phisiknya saya melihat dia berdarah India. Lalu saya jawab; "Iya pak cik."

"Oh, orang indonesia ya ?" dia mencoba menebak logat inggris dan bahasa melayu yang saya ucapkan.
Dialog dengan supir tak memang obat pembunuh rasa sendirian kalah kita dikota orang,- aku mencoba mencari sehari dia bisa mengantar berapa orang ke Casino. Dan Umumnya bangsa mana saja. Lelaki bertubuh besar itu, menjelaskan dengan bahasa melayu,- dengan aksen India. Saya mencoba mengingat sapon santun dan mengerti bahasa tubuh orang india.

konon kalau dia meng angguk,- tanda dia tak setuju. Berlaku sebaliknya untuk dia menggeleng tanda dia setuju.

Perjalanan dengan taksi dari Cangi,- Marina Bey Sand Casino,- memakan waktu sekitar 15 menit. Setelah sampai tujuan saya langsung menuju ke pintu masuk.

Pandangan antri panjang membuat saya bertanya-tanya. Biasa tidak sepanjang ini,- pada kunjungan Casino sebelumnya. Saya melihat rata-rata yang antri tangannya memegang paspor dengan warna kulit hijau,- berlogo burung Garuda,- artinya sebagian besar yang menunggu pemeriksaan masuk ke Casino ini,- adalah orang Indonesia,- yang di negerinya judi dilarang. Datang ke Casino untuk melepas semangat berjudinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun