Mohon tunggu...
Edi Tempos
Edi Tempos Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya lahir di sumatera selatan, pernah tinggal di jambi. Lalu sekarang berada di jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kisah Seorang Nenek di Atas MRT

30 Mei 2010   05:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:52 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siang di Cangi,- kesibukan luar biasa dari kaum bepergian. Sebagai bandara Internasional Cangi konon memiliki reputasi penerbangan pesawat take off dan landing,- setiap 5 menit ada , 1 pesawat terbang harus diurus. Tapi sudahlah, kita tidak perlu iri dengan keteraturan yang dibangun oleh Lee Kuan Yue (Mudah-mudahan tulisan nama kali ini tidak salah).

Setelah turun dan menyelesaikan pemeriksaan imigrasi,- Imigrasi chek Singapura. Saya memantantapkan langkah untuk menuju ke stasiun MRT,- yang terletak di ujung,- mungkin juga pangkal terminal 2 bandara Cangi, satu hal yang menjadi khas bandara internasional, papan penunjuk arah di Bandara ini sangatlah jelas. Disamping menggunakan banyak bahasa. Jawatan pengelolah bandara sepertinya, memahami betul kebutuhan kaum pendatang,- yang semuanya tidak mengerti bahasa Inggris.

Sampai di stasiun MRT,- saya langsung memberi tiketnya,- seharga 15 dolar. Disampai oleh penjual tiket,- sebenarnya 5 dollar adalah untuk jaminan kartu, sementara nilai yang bisa saya gunakan, untuk naik MRt dan BIS ini hanya 10 dolar atau sekitar Rp.65,000 dengan kurs Rp.6500/dolar.

Saya langsung naik keatas MRT yang konon sudah menunggu, tidak sampai menit menunggu kereta mengisyaratkan mau berjalan. Diatas MRT, saya mulai membaca petunjuk yang ada didalam gerbong, seperti rure perjalanan kereta, kursi duduk, dan tentunya tidak lepas dari ruang iklan,- yang disediakan secara khusus oleh pengelolah MRT. Di senderan kursi MRT, terutama dekat dengan pintu keluar masuk tertulis jelas. Tempat diperioritaskan bagi; orang cacat, wanita hamil, penumpang yang menggendong bayi dan manusia berusia lanjut atau dikita disebut lansia.

Kereta yang dioperasikan secara otomatis ini, mengumumkan, pemberhentian yang akan datang adalaj Expo. Lokasi dimana kalau ada eksibisi, semacam pameran di Jakarta,- sama dengan PRJ mungkin. Saya masih terkesan dengan MRT yang tidak ada coret-coretan dari tangan nakal,- karena jawatan ini menerapkan sanksi denda yang tertulis jelas. Termasuk juga sanksi bagi perokok dan penumpang yang makan dan minum didalam kereta.

Expo sudah didepan,- kereta mulai mengurangi kecepatan. Seperti irama dalam lagu. tepat dengan batas berhentinya kereta berhenti tanpa seorang pengakur stasiun yang memegang raket bola pimping seperti,- stasiun keret kereta yang dikwlolah oleh PJKA. Penumpang bergegas turun bagi, mereeka yang perjalanan cukup sampai di expo. Lalu naik lah seorang perempuan tua. Berjalan mencari tempat duduk. Penumpang dibelah saya, yang menempati kursi bertulis seperti yang saya ceritakan diatas, cepat-cepat diri. Dan langsung memanggil sang nenek untuk duduk dikursi nya.

Saya akan melanjutkan cerita ini ya... sekarang dibatasi oleh jumlah coin yang hampir mendekati angka dua menit mau berakhir...

Bersambung.. kisah seorang nenek diatas MRT 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun