Mohon tunggu...
Edi Tempos
Edi Tempos Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya lahir di sumatera selatan, pernah tinggal di jambi. Lalu sekarang berada di jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Gunung Padang dan Mantan Aktifis nan Culas (Pos Ulang ni..h)

9 Oktober 2014   21:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:42 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan saya di 9 Oktober belum selesai,- entah kenapa bisa tampil si kompasiana,- saya edit ulang 10 Oktober saya posting kembali. Eh oleh kompasiana di blok,- dan saya bertanya-tanya apakah tulisan ini sensitif ? karena saya anggap soal Gunung Padang penting, maka saya postingkan kembali. Dapatkah anda pembaca membantu saya untuk mengingatkan masyarakat Jawa Barat,-upaya akal-akalan sedang dilakukan oleh orang-orang disekitar kekukasaan yang sebentar lagi akan berakhir ?

Sekitar jalan Jaksa temaran, beberapa bule yang menyerupai kaum hyppiest berkeliaran.  Saya bersama seorang sahabat yang sedang rehat, memesan bir 2 botol.  Lelaki teman saya rehat itu, terus mengamati sekitarnya.

Ada wanita berdandang menor, bergaya mpok jamu berlalu. "Mari kita minum"  ajak teman saya mengalihkan perhatian saya pada turis lokal yang setiap malam hilir mudik di jalan Jaksa Jakarta. Tidak jelas mau apa, saya dan sang teman terlibat cerita serius soal seputar lingkaran ring 1 pemerintahan SBY. Bir di meja terlihat hampir ludes, kami seperti sangat haus. Botol-botol beralkohol itu seperti tidak ada artinya.

Kisah ini sebenarnya tidaklah pantas ditulis,-apalagi dalam kaidah jurnalistik. yang pantang menulis besarkan kisah warung kopi, celoteh dari alam bawah sadar orang yang sedang mabuk,- karena pengaruh minuman beralkohol. namun karena yang kami bahas dalam posisi berpengaruhi bir, adalah untuk kepentingan masyarakat saya mau menulisnya.

Kisah ini dimulai dari seorang aktifis prodemokrasi, yang di rekrut oleh SBY. Cerita Aktifis ini adalah seorang korban rejim pemrintahan Soeharto, yang ditarik oleh SBY untuk meningkatkan kredibilitasnya. Setelah menjadi komisaris salah satu BMUN, dia di percayakan menjadi staf khusus,- yang konon sagat berurusan dengan alam, khususnya struktur dan peta geologie. Ahhasil dapat dipastikan Indonesia yang memiliki kekayaan alam luar biasa,-khususnya kandungan mineral logam Mulia/emas, data dan photo udara ada di tangannya.

Sekarang timbul pertanyaan bagaiamana cara menguasainya ?

Lalu sejak 2010 lalu dibuat skenario pencarian situs bersejarah, khususnya prasejarah. Maka disusunlah skenario seminar, lokakarya ilmiah tentang peninggalan purbakala. Tersebutlah yang terjadi di Gunung Padang, di Sadam Hurip dan beberapa lokasi sekitar Bukit Barisan Sumatera.

Seperti yang direncanakan maka,- tanah-tanah atau lahan disekitar Gunung Padang mulai di Bebaskan. Dari seminar ke Seminar bagaimana caranya rakyat,-masyarakat dikadali,-dibohongi bahwa disana ada situs prasejarah,-sebagaimana dilansir oleh kompas.com bantahannya : "Seminar Nasional Situs Gunung Padang dan Permasalahannya" di Aula PSBJ Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Selasa (7/10/2014).

Lutfi Yondri, arkeolog dari Badan Arkeologi (BALAR) Bandung mengatakan, manusia prasejarah Goa Pawon yang ditemukan sekitar 40 kilometer dari situs Gunung Padang berusia 10.000 tahun. Pada masa itu, manusia Goa Pawon hanya mampu menghasilkan perkakas batu kasar.

Dengan pandangan demikian, dia menilai tidak logis jika manusia yang usianya lebih tua dari manusia prasejarah Goa Pawon bisa memiliki kemampuan lebih mumpuni hingga mampu membuat piramida dengan segala macam kecanggihannya seperti yang diungkapkan oleh Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) Gunung Padang.

Dalam tulisan kompas.com juga dibahas mengenai :
Lutfi menjelaskan, situs megalitikum berupa punden berundak dengan 5 teras utama di atas bukit Gunung Padang dipastikan dibangun pada masa sejarah di mana manusia setempat sudah mengenal budaya dan pemujaan terhadap leluhur. Berdasarkan temuan berupa artefaktual gerabah dari tanah merah yang ditemukan di lokasi tersebut, Lutfi menyimpulkan bahwa budaya paling tua di Gunung Padang berada di kisaran abad kedua atau kelima Masehi. "Gerabah itu seperti budaya Buni di Pantura," ungkap dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun