Mohon tunggu...
Eko Teguh Paripurno
Eko Teguh Paripurno Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Aktivis kerja-kerja kemanusiaan dan penanggulangan bencana. \r\n\r\nPendiri Perkumpulan Komuntas Pencita Alam Pemerhati Lingkungan (KAPPALA) Indonesia. Sekretaris Jendral Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI). Badan Pengurus Perkumpulan Penguatan Institusi Kapasitas Lokal (PIKUL) Kupang. Anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI). Anggota Volcano Disaster Prepardness Reseach Center (VDPRC) Korea. Anggota Internationa Science Committe (ISCU) Bidang Bencana. \r\n\r\nKetua Pusat Studi Manajemen Bencana dan Dosen MKA Manajemen Bencana dan MKA Vulkanologi dan MKA Teknik Komunikasi Geologi di UPN Veteran Yogyakarta.\r\n\r\nFellow Ashoka (2000), kewirausahaan sosial bidang risiko lingkungan. Penerima penghargaan Sasaka Award dalam Pengurangan Risiko Bencana dari UNISDR (2009), Penerima penghargaan Dosen Berprestasi Khusus dalam Pengabdian pada Masyarakat dari UPN Veteran Yogyakarta (2010), Penerima Piagam Penghargaan Bela Negara dari Kemhan RI (2012), \r\n\r\nMenyelesaikan Doktor Ilmu Pengetahuan Alam di UNPAD Bandung, setelah menyelesaikan Magister Geologi di ITB Bandung dan Sarjana Teknik Geologi di UPN Veteran Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kabar Kelut 12: Mendengarkan Jangkar Kelud

27 Februari 2014   07:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:25 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kabar kelud 12: mendengarkan jangkar kelut

menarik mendengarkan pertemuan kawan2 jangkar kelut malam ini. jangkar kelut sebagai organisasi warga / komunitas dalam relung penanggulangan bencana. merekalah yang memiliki keberhasilan dan kegagalan atas kejadian ini. masa lalu dan masa depan setelah krisis ini. mereka sebagai masyarakat hadir sebagai dirinya sendiri ketika normal, waspada siaga, dan awas. mereka yang mengorganisir diri berlatih bersama warga melakukan evakuasi. dan terbukti mereka mampu membuktikan,  memulai evakuasi sebelum yang lain datang.  mengelola pengungsian sebelum yang lain hadir, dan masih mengelola setelah semua pergi. begitupun mereka hadir tanpa spanduk karena mereka hadir untuk dirinya sendiri. bertanggungjawab atas dirinya sendiri. jargonnya "kudu tandang lan ora kudu kondang". mereka tanpa atribut dan hiruk pikuk telah membantu lurahnya, camatnya, bupatinya, gubernurnya, presidennya dengan semua jajarannya.

menariknya pendekatan itu kebanyakan orang menganggapnya  salah. kebanyakan orang bahkan ingin "kondang tanpa tandang". setidaknya merasa harus mengkondangkan diri. ya karena mereka harus lapor ke lurahnya, camatnya, bupatinya, gubernurnya,

sambil menyelesaikan urusan2 dampak erupsi kawan2 akan menyusun rencana kontijensi lahar. modal sosial sudah dipetakan. rapat koordinasi akan dilakukan. semoga kita diundang dan sekaligus bisa berperan. adakah kita ikut memobilisir sumberdaya yang kita miliki?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun