Mohon tunggu...
Saepudin Zuhri
Saepudin Zuhri Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik

Belajar mendidik diri

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Idul Fitri 1441 H, Memaknai Kesunyian

24 Mei 2020   23:13 Diperbarui: 24 Mei 2020   23:21 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya, sedikitpun tidak pernah  terpikir. Bahwa seumur hidup akan mengalami Idul Fitri dengan kondisi seperti 1 Syawal 1441 H.

Namun, Alloh memberikan pengalaman berharga yang tidak akan pernah terlupakan saat Ramadan 1441 H, kemudian memasuki Syawal. Diantaranya dengan melaksanakan shalat sunnah Idul Fitri secara berjamaah bersama keluarga di rumah. 

Sejak kecil, namanya shalat sunnah Idul Fitri selalu dilakukan berjamah baik di masjid maupun di lapangan. Tidak pernah sekalipun mengalami shalat sunnah Idul Fitri di rumah.

Tentu shalat Idul Fitri statusnya sunnah, dapat ditunaikan ataupun tidak. Tetapi, akan terasa berbeda jika tidak dilaksanakan. Apalagi, hanya dilakukan setahun sekali.

Walaupun telah jelas menurut para ulama bahwa shalat sunnah Idul Fitri dapat dilakukan di rumah. Tetap saja rasanya terasa berbeda, ada yang kurang. Seperti ada yang hilang. Suasana yang ramai, masjid yang mendadak penuh. Senyum bahagia menyambut kemenangan. Tetap menggoda ingatan saat menggelar sajadah di rumah untuk memulai shalat Id. 

Idul Fitri 1441 H memang berbeda dan akan terkenang selama hidup. Menyadarkan bahwa saya hanya berencana, lebaran tahun ini akan begini dan begitu. Buka puasa bersama, ngabuburit, shalat Idul Fitri di masjid, silaturahmi keliling tetangga dan kegiatan yang memang terbiasa berulang saat Ramadan dan 1 Syawal.

Ternyata Alloh memiliki rencana lain.  Kebahagiaan Idul Fitri harus dirasakan bukan dalam keramaian selayaknya hari raya tetapi dalam perenungan sunyi. Setelah sebelumnya bertakbir, membesarkan Tuhan yang harus diucapkan dalam arti sebenarnya bahwa saya bukanlah siapa-siapa. Yang Maha Besar hanya Tuhan.

Semua benar-benar sunyi, mulai dari shalat Id, kemudian silaturahmi. Benar-benar yang tampil bukan lagi kemegahan dan kemewahan. Tetapi kesadaran, bahwa Idul Fitri benar-benar harus dimaknai dengan hati. Walau sunyi, rasa bahagia itu di hati. Walaupun seperti tidak meriah, namun kemenangan itu dihati.

Seandainya bukan karena pandemi, mungkin Idul Fitri hanya menyisakan rutinitas biasa tahunan. Kini, semua rutinitas yang dianggap biasa itu menjadi sesuatu yang dirindukan dan berharga. Menyadarkan bahwa tidak boleh menyia-nyiakan sedikitpun anugrah Tuhan, karena belum tentu berulang. Nikmati setiap saat waktu sebaik-baiknya dengan bersyukur dan mengingat nikmatNya. Melakukan yang terbaik. 

Idul Fitri tahun ini menjadi peristiwa yang akan selalu terkenang, mengesankan walaupun berharap kepada Alloh agar tidak berulang. Idul Fitri yang memberi pelajaran bahwa kemenangan juga dapat diperoleh dalam kesunyian, jika Alloh menghendaki. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun