Saudaraku tercinta,
Puasa sebagaimana kita ketahui bersama, diperintahkan Alloh Swt. agar kita semua menjadi orang yang bertaqwa. Al-Qur'an banyak sekali menyebutkan ciri-ciri orang yang bertaqwa, diantara ciri itu. Adalah orang yang pemaaf.
"Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan" (QS. Ali-Imron : 133-134)
Dalam ayat tersebut, Alloh Swt. secara jelas memberikan informasi kepada kita. Bahwa diantara ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah orang yang tetap berbagi, baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Kemudian orang yang menahan marahnya lalu orang yang pemaaf.
Dalam menafsirkan ciri-ciri orang bertaqwa dalam surat Ali-Imron itu, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit. Maksudnya adalah orang yang tetap menafkahkan rezekinya dalam keadaan susah dan dalam keadaan makmur, dalam keadaan suka dan dalam keadaan duka, dalam keadaan sehat dan juga dalam keadaan sakit. Dengan kata lain, mereka rajin berinfak dalam semua keadaan.
Ciri dari orang yang bertaqwa selanjutnya adalah orang-orang yang menahan amarahnya, maksudnya masih menurut Imam Ibnu Katsir, yaitu orang yang tidak melampiaskan kemarahannya kepada orang lain, melainkan mencegah dirinya agar tidak menyakiti orang lain, dan ia lakukan hal tersebut demi mengharapkan pahala Allah Swt.
Berikutnya ciri orang yang bertaqwa adalah orang yang memaafkan kesalahan oranglain. Dalam mengomentari ciri ini, Imam Ibnu Katsier menuliskan bahwa selain menahan diri, tidak melampiaskan kemarahannya, mereka juga memaafkan orang yang telah berbuat aniaya terhadap dirinya, sehingga tiada suatu uneg-uneg pun yang ada dalam hati mereka terhadap seseorang.
Ketiga perilaku mulia tersebut adalah perbuatan yang dicintai Alloh Swt. Bahkan sebagian ulama menyebut sebagai bagian dari akhlak yang paling sempurna.
Memaafkan memang mudah diucapkan, namun tidak mudah untuk dilakukan. Sekedar ucapan memaafkan mungkin mudah. Namun, yang tidak mudah saat kita memaafkan dengan ucapan disertai  kemampuan menghapus luka yang pernah digoreskan. Melupakan kesalahan yang pernah diperbuatnya. Bahkan membebaskan hukuman akibat perbuatannya. Itulah pemaafan yang sesungguhnya, bukan sekedar ucapan dan airmata.
Beberapa orang seringkali masih menyimpan luka, karena belum mampu memaafkan kesalahan orang lain. "Saya terlalu sakit hati, sepertinya nggak akan mampu memaafkan!" begitu katanya. Seandainya memang belum mampu melupakan, bahkan sering mengungkitnya. Maka memohon kepada Alloh agar diberi hati yang mampu memaafkan adalah salah satu upaya untuk memaafkan. Mungkin dalam benak kita, tidak akan mampu memaafkan karena terlalu sakit. Tapi bagi Alloh terlalu mudah untuk membuat kita mampu memaafkan, dan menghapus kenangan yang menyakitkan.
Mari belajar untuk memaafkan dengan sesungguhnya, tak sekedar ucapan dan deraian air mata. Puasa bertujuan untuk menjadikan kita sebagai insan yang bertaqwa. Dan diantara ciri orang bertaqwa adalah mampu memaafkan. Selain memaafkan mengundang cinta Tuhan, penelitian ilmiah menyebutkan bahwa memaafkan juga menyehatkan.