Mohon tunggu...
Saepudin Zuhri
Saepudin Zuhri Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik

Belajar mendidik diri

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tetap Setia dengan Nastar Klasik

15 Mei 2020   17:36 Diperbarui: 15 Mei 2020   17:46 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kue nastar klasik (KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo)

Tidak banyak kue yang saya sukai. Apalagi kue kering. Namun, ada satu kue yang selalu menjadi incaran saat lebaran. 

Rasanya yang lezat, legit serta renyah beserta aromanya yang khas, telah tertanam di memori sejak kecil. Karena  selalu tersaji  dan tersedia setiap hari raya Idul Fitri.

Kue yang pada setiap kunjungan silaturahmi, selalu menjadi incaran semenjak kanak-kanak bahkan hingga sudah memiliki anak seperti sekarang. 

Kue itu bentuknya bulat dan terkadang agak pipih. Terbuat dari bahan utama berupa tepung terigu, mentega, telur, gula dengan isi selai buah yang terasa manis dan asam.

Konon, kue kering tersebut telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Kue yang disukai juga oleh orang Belanda. Bahkan namanya sendiri, menurut sebagian sumber dari Bahasa Belanda.

Nastar, ya nama kue itu nastar. Kami orang jawa barat,  sering memplesetkan nastar sebagai Ganas/Nanas dan Tarigu/terigu. 

Nastar sendiri dianggap sebagai singkatan dari bahasa Belanda, 'ananas atau nanas dan 'tartjies' atau tar. Disingkat nastar untuk memudahkan saja dalam menyebutnya.

Setiap lebaran, walaupun banyak jenis kue kering. Namun nastar selalu menemani dan menjadi kue kering favorit. Kini, walalaupun isian nastar sudah bervariasi, seperti keju, coklat atau selai buah yang lain.

Tapi bagi saya, mungkin karena dari kecil nastar itu isinya masih selai nanas. Tetap saja, yang terasa lezat yang klasik, isi nanas. Sedangkan kedua anak saya, biasanya lebih menyukai isi keju dan coklat. 

Saya sepertinya sudah setia dengan kue nastar klasik sejak kanak-kanak. Kesetiaan yang tetap terjaga, walaupun godaan untuk beralih ke kue kering lain selalu ada. Tetapi rasa lezat nastar klasik yang tidak berubah, membuat saya tidak mampu berpaling. Dan sepertinya bukan saya saja yang tetap setia kepada nastar klasik hingga kini. Buktinya jika idul fitri, kue nastar klasik tetap paling laris dibanding kue nastar isian lain, bahkan kue kering lainnya.

Hmmm, jadi ingin segera mencicipi kue nastar klasik nanti lebaran. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun