Mohon tunggu...
Saepudin Zuhri
Saepudin Zuhri Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik

Belajar mendidik diri

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Efek Samping Kebaikan

5 Mei 2020   12:33 Diperbarui: 5 Mei 2020   12:39 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Tidak ada balasan kebaikan selain kebaikan" (QS. 55: 60)

Ketika kita membicarakan tentang efek samping, hal pertama yang muncul di benak banyak orang adalah  efek samping obat. Namun siapa yang pernah terpikir bahwa kebaikan juga memiliki efek samping.

Buku yang berjudul The 5 Side Effects of Kindness ditulis oleh David R Hamilton, PhD, seorang doctor kimia organik. Ia menjadi tenaga ahli selama 4 tahun di industry farmasi yang mengembangkan obat untuk penyakit jantung dan kanker. Lalu meninggalkan perusahaan dan tergerak untuk menulis dan melakukan edukasi tentang kaitan antara fikiran, emosi dengan kesehatan. Awalnya terinspirasi dari efek plasebo. Beberapa karya bukunya antaralain The Little Book of Kindness, How Your Mind Can Heal Your Body, I Heart Me dan yang menjadi best seller di Amazon yaitu The Five Side Effects of Kindness. Buku The Five Side Effects of Kindness tersebut didasari puluhan penelitian.

Lalu seperti apakah 5 efek samping berbuat baik itu. Kita rujuk langsung tulisan beliau di blog pribadinya, https://drdavidhamilton.com/the-5-side-effects-of-kindness yang menyebutkan bahwa:

  1. Kindness Makes us Happier, kebaikan membuat kita bahagia. Saat seseorang melakukan kebaikan, ia tentu akan merasa begitu bahagia. Pada tingkat spiritual hal tersebut terjadi, karena mereka meyakini bahwa perbuatan mereka bernilai. Pada tingkat biokimiawi, diyakini bahwa perasaan baik yang kita dapatkan adalah karena peningkatan level versi alami morfin dan heroin otak, yang kita kenal sebagai opioid endogen. Biokimia itu menyebabkan peningkatan kadar dopamin di otak sehingga kita mendapatkan perasaan bahagia.
  2. Kindness Is Good for the Heart, kebaikan membuat jantung lebih sehat. Tindakan kebaikan seringkali disertai dengan kehangatan emosional. Kehangatan emosional ini, kemudian menghasilkan hormon oksitosin di otak dan di seluruh tubuh. Hormon yang perannya signifikan dalam  sistem kardiovaskular. Oksitosin menyebabkan pelepasan zat kimia yang disebut nitrat oksida dalam pembuluh darah, yang melebarkan (memperluas) pembuluh darah. Hal tersebut mengurangi tekanan darah dan karenanya oksitosin dikenal sebagai hormon 'kardioprotektif' karena melindungi jantung (dengan menurunkan tekanan darah). Kuncinya adalah bahwa tindakan kebaikan dapat menghasilkan oksitosin dan karenanya kebaikan dapat dikatakan bersifat kardioprotektif (melindungi jantung).
  3. Kindness Slows Ageing, kebaikan memperlambat penuaan. Penuaan pada tingkat biokimia adalah kombinasi dari banyak hal, tetapi dua penyebab yang mempercepat proses adalah Radikal Bebas dan Peradangan, yang keduanya merupakan hasil dari pilihan gaya hidup yang tidak sehat. Tetapi penelitian yang luar biasa sekarang menunjukkan bahwa oksitosin (yang dihasilkan melalui kehangatan emosional) mengurangi kadar radikal bebas dan peradangan dalam sistem kardiovaskular. Sehingga memperlambat penuaan pada sumbernya. Kebetulan radikal bebas dan peradangan juga memainkan peran utama dalam penyakit jantung. Sehingga ini juga merupakan alasan lain mengapa kebaikan itu baik untuk jantung. Satu studi yang menggunakan meditasi 'Cinta Kasih Sayang Buddha' dari Tibet menemukan bahwa kebaikan dan kasih sayang memang mengurangi peradangan di dalam tubuh, kemungkinan besar karena efeknya pada saraf vagus. Saraf vagus mengatur detak jantung, juga mengontrol tingkat peradangan dalam tubuh
  4. Kindness Improves Relationships, kebaikan meningkatkan hubungan baik. Ini adalah salah satu poin paling jelas. Kita semua tahu bahwa kita menyukai orang yang menunjukkan kebaikan kepada kita. Ini karena kebaikan mengurangi jarak emosional antara dua orang dan menjadikan kita merasa lebih 'terikat'. Itu adalah sesuatu yang begitu kuat dalam diri kita sehingga itu sebenarnya adalah hal genetik. Kita terhubung untuk kebaikan. Nenek moyang kita harus belajar bekerja sama satu sama lain. Semakin kuat ikatan emosional dalam kelompok, semakin besar peluang untuk bertahan hidup dan 'gen kebaikan' terukir dalam genom manusia. Saat ini ketika kita baik satu sama lain, kita  akan merasakan terkoneksi dan menempa hubungan baru atau yang sudah ada akan semakin kuat.
  5. Kindness is Contagious, kebaikan itu menular. Ketika seseorang berbuat baik. Penelitian menunjukkan bahwa orang itu sebenarnya menciptakan efek riak yang menyebar ke teman-temannya hingga 3 derajat pemisahan. Sama seperti kerikil yang menciptakan gelombang ketika dijatuhkan di kolam, begitu pula tindakan kebaikan mengalir keluar menyentuh kehidupan orang lain dan menginspirasi kebaikan di mana pun gelombang itu pergi.

Semoga kita dapat terus belajar berbuat kebaikan, walaupun mungkin dirasa sangat kecil. Karena sekecil apapun kebaikan tetaplah kebaikan. 

Semoga bermanfaat 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun