Mohon tunggu...
Esti Wardatul Hasanah
Esti Wardatul Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Hubungan Internasional di Universitas Jember

Nothing is impossible

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Segera! Belanja di Korea Selatan dan India Bisa Menggunakan Rupiah Loh!!!

1 April 2023   19:41 Diperbarui: 1 April 2023   19:49 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Robert Lens from Pexels: https://www.pexels.com/

Kabar gembira bagi warga Indonesia yang ingin pergi liburan ke Korea Selatan dan India. Dalam waktu dekat kita bisa menggunakan uang Rupiah di Korea Selatan dan India. Wah kok bisa? Tentu bisa karena Bank Indonesia memiliki program kerja sama Local Currency Settlement (LCS) Framework. 

Menurut Bank Indonesia, LCS merupakan penyelesaian transaksi antara dua negara (bilateral) dengan mata uang lokal negara masing-masing dan setelmen transaksi dilakukan dalam yurisdiksi wilayah masing-masing negara. LCS terbentuk karena adanya ketergantungan terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) yang dapat berdampak pada kerentanan perekonomian Indonesia. Kerja sama melalui LCS ini juga bertujuan untuk menginternasionalisasi Rupiah. 

Saat ini, Bank Indonesia masih dalam proses untuk menyelesaikan perjanjian LCS dengan Korea Selatan dan India, termasuk juga mengenai cross border payments. Cross border payments merupakan transaksi keuangan yang memungkinkan pembayar dan penerima berada di negara berbeda. Cross border payments memudahkan kita untuk melakukan transaksi karena dengan ini kita tidak perlu melakukan penukaran uang fisik pada mata uang lokal negara setempat.

Mengutip dari CNBC Indonesia, dalam konferensi pers, Kamis 16 Maret 2023, Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo mengatakan bahwa Coverage LCS yang sekarang ini Local Currency Transaction akan dilakukan dengan Korea Selatan dan India. Saat ini, sedang berada dalam tahap menuju penandatanganan dengan Korea Selatan dan India, serta akan terwujud dalam waktu dekat. Menurut Dody, saat ini dimulai dari area cross border payments dahulu.

Perluasan LCS ke Korea Selatan dan India tidak hanya di bidang perdagangan, tetapi juga dalam hal investasi dan transaksi pada pasar uang. Dengan demikian, perluasan LCS ke Korea Selatan dan India disebut sebagai LCT (Local Currency Transaction) karena LCT merupakan hasil pengembangan dari LCS yang cakupan kerja sama transaksi lintas negara yang lebih luas. 

BI memilih memperluas LCT ke Korea Selatan dan India tidak terlepas dari kepentingan Indonesia dalam agenda prioritas ASEAN 2023. Indonesia ingin meningkatkan kekuatan konektivitas pembayaran di kawasan regional atau Regional Payment Connectivity (RPC), mengingat Korea Selatan dan India merupakan negara di wilayah Asia. Program LCT ini juga searah dengan keinginan G20 dan juga negara kawasan dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi, melakukan diversifikasi mata uang, dan upaya mengatasi hambatan dalam pembayaran antarnegara.

Program kerja sama LCS ini juga telah terlaksana dengan beberapa negara yakni Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, hingga Cina. Pada 2022, pendapatan dari pemanfaatan LCS mencapai US$ 3,8 miliar. Pencapaian tersebut meningkat 52% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar US$ 2,5 miliar. Selain itu, LCS juga mencapai 3-4% dari semua transaksi dengan negara-negara mitra di Asia.

Dalam perluasan LCS ke Korea Selatan dan India ini, kita perlu belajar dari analisis SWOT LCS yang telah dilaksanakan oleh Indonesia. Analisis SWOT yang akan dibahas yakni mengenai LCS Indonesia dengan Cina. Hal ini penting untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi baik itu baik atau buruk.

Pertama, kekuatan (strengths). LCS memudahkan para pelaku usaha dari masing-masing negara dalam mengurus administrasi karena LCS memfasilitasi pembuatan rekening melalui bank Appointed Cross Currency Dealer (ACCD). Pada LCS juga tidak perlu menggunakan kartu kredit khusus. Selain itu, standar pembayaran digital Standar Nasional Open API (SNAP) yang dimiliki Indonesia, memudahkan transaksi LCS karena efisien, mudah, dan cepat.

Kedua, kelemahan (weaknesses). Transaksi LCS tidak selalu stabil karena kebijakan LCS melalui perantara kebijakan yang dapat dipengaruhi oleh kondisi politik dan keamanan masing-masing negara. Kemudian, defisit neraca perdagangan membuat keuntungan hanya pada satu negara saja karena ketidakmampuan untuk menjaga daya saing ekspor ke negara mitra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun