Mohon tunggu...
Esty Shofiyati Khasanatur R
Esty Shofiyati Khasanatur R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

I am a 5th-semester student majoring in Islamic Law and interested in literacy. I enjoy exploring various literature on gender, women, and Gen Z, particularly those related to contemporary perspectives. In my spare time, I engage in reading and writing activities to expand my knowledge and contribute to academic and non-academic discussions.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Gebrakan Gen Z: Generasi Idealis yang Banyak Dihujat Karena 'Ketergantungan' Sosial Media

12 Oktober 2024   14:44 Diperbarui: 12 Oktober 2024   14:58 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seminar yang diadakan secara offline dengan narasumber online sebagai bentuk pemanfaatn media sosial.

Generasi Z atau biasa disebut dengan Gen Z adalah kelompok usia yang memiliki banyak pemikiran idealis. Mereka memiliki cita-cita yang tinggi dan memandang dunia dengan harapan menjadi lebih positif ke depannya, baik di dunia sosial maupun professional. Tidak hanya idealis, mereka juga sangat lugas setiap kali berbeda pendapat. Mereka menyampaikannya tanpa ragu, secara langsung maupun dengan dukungan media yang sedang berkembang. Namun sayangnya masyarakat sering meremehkan cita-cita dengan jangka waktu panjang karena tidak memiliki nilai efisien dan sulit diterima oleh realita.

Gen Z adalah generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an sampai dengan 2010-an. Gen Z memiliki banyak perbedaan signifikan yang membedakan antara generasi ini dengan generasi sebelumnya. Karakteristik Gen Z sangat mencolok dan banyak disorot oleh media. Terlebih mereka tumbuh dan berkembang dibarengi dengan teknologi dan internet yang semakin meluas.

Tidak hanya idealis dan lugas, Gen Z juga merupakan generasi yang mandiri dalam berpikir dan bertindak. Generasi sebelumnya sering menyoroti tingkah laku generasi di bawahnya ini. Kita ambil contoh bahwasanya kebanyakan generasi sebelumnya lebih dominan sopan dan memilih memendam argumennya sendiri dengan memprioritaskan kelompok lain yang kontra dengan mereka. Hal ini tidak berlaku pada Gen Z, mereka menolak mentah-mentah budaya itu. "Daripada hanya menggerutu dalam hati dan terpaksa menuruti keputusan yang tidak disetujui, saya sih lebih memilih untuk tetap berpegang pada pandanganku sendiri." Ucap Esty, Gen Z kelahiran 2003.

Mengapa Banyak Generasi Senior yang Menghujat Gen Z?

  • Dianggap 'Bergantung' pada Dunia Maya

Sudah menjadi rahasia umum bahwa dari awal Gen Z mulai muncul, mereka memperlihatkan kesibukan masing-masing yang hampir keseluruhannya memerlukan bantuan gadget. Bukan tanpa alasan, dimulai dari virus covid-19, Gen Z tetap dituntut untuk produktif walaupun dengan bantuan media sosial seperti komunikasi, sekolah, bahkan berkarya. Hal ini terus berlanjut dan malah dianggap Gen Z terlalu bergantung pada dunia maya. Stigma ini sudah menjadi stereotype Gen Z bagi masyarakat luas dan sering dijadikan sebagai bahan serangan dan gunjingan.

  • Gaya Hidup yang Bertolak Belakang dengan Gen Sebelumnya

Gen Z memilki benefit yang tidak semua generasi dapatkan. Gen Z yang tumbuh bersama media sosial yang tidak ada batas geografinya sehingga mereka menjadi tahu banyak hal dan memiliki pikiran yang cenderung lebih terbuka terhadap permasalahan yang ada. Keberagaman permasalahan seperti masalah gender, pendidikan anak yang buruk, sampai pernikahan dini yang meluas, mereka suarakan dengan lantang dan terbuka. Pandangan mereka ini mendapat banyak cemoohan dari sebagian masyarakat generasi sebelumnya karena dianggap melanggar 'tradisi' yang sudah lama berjalan.

  • Kelugasan Gen Z

Apakah benar kelugasan Gen Z seringkali ditakuti oleh generasi sebelumnya? Jikalau tidak, lalu mengapa generasi sebelumnya menganggap Gen Z tidak sopan hanya karena menyampaikan perbedaan pendapat dengan atasannya sendiri? Karena pada hakikatnya setiap individu berhak berpendapat (freedom of speech). Namun hal ini dianggap sebagai hal yang negatif karena terlalu berani dan dianggap sebagai bentuk idealisme dari Gen Z. Sehingga karena hal ini terkadang memicu serangan verbal di dunia maya.

Dari Makian Menjadi Peluang

Hanya karena terlalu banyak kritik yang diterima oleh berbagai generasi masyarakat, Gen Z tidak menyerah begitu saja. Kemandiriannya dalam berpikir dan bertindak justru termotivasi karena hal ini. Mereka ingin membuktikan kepada masyarakat luas bahwa perbedaan cara berpikir dari zaman ke zaman itu berbeda. Jangankan tumbang, mereka malah semakin kuat dan tetap melakukan gerakan influence untuk membuka pikiran banyak orang tentang dunia.  Dengan memanfaatkan platform dunia maya yang mereka kuasai, Gen Z menyuarakan gebrakan perubahan yang menyebarkan banyak informasi bermanfaat dan juga edukasi bagi pengguna media sosial. Mereka melakukan banyak gerakan pemberdayaan komunitas dengan cara mereka sendiri.

Masa Emas Gen Z: Dunia Diambil Alih

Meskipun sampai sekarang banyak profesi yang sudah didominasi oleh Gen Z, mereka tetap menjadi sasaran hujatan. Namun apakah hal itu menyurutkan semangat mereka? Tentu tidak. Mereka semakin hari semakin membuat dobrakan baru di berbagai bidang. Peningkatan penggunaan teknologi berkembang pesat guna mewujudkan perubahan untuk masa depan yang lebih baik. Tidak hanya itu, strategi masa depan mulai dari pendidikan, pekerjaan, sampai dunia pernikahan, Gen Z menyuarakan hal-hal yang relaistis walaupun agak menyakitkan untuk diterima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun