Mohon tunggu...
Esty Yuliana Rabiah Aswadah
Esty Yuliana Rabiah Aswadah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi menulis, kegemaran yang utama menulis fiksi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hikmah di Balik Musibah

28 Juni 2022   21:10 Diperbarui: 28 Juni 2022   21:16 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maret 2020 memberikan makna tersendiri bagi Bangsa Indonesia. Pandemi Covid 19 mengubah tata perilaku kehidupan masyarakat.virus si mahluk kecil kasat mata dapat mengubah perilaku kehidupan manusia dan pemerintahpun disibukkan dengan berbagai kebijakan -kebijakan yang dapat mencegah menyebarnya Covid 19. Kondisi Negara sungguh memprihatinkan,kebijakan WFH dan WFO diterapkan pada semua aspek kehidupan tak terkecuali pada dunia pendidikan.


Sebagai seorang guru, penulis sangat merasakan dampak yang besar dari munculnya pandemi Covid 19. Permasalahan yang muncul sebelum pandemi diantaranya keterbatasan sarpras dan kurang meratanya proses pembelajaran di seluruh lapisan masyarakat belum teratasi sepenuhnya muncul masalah baru pada masa pandemi. Proses pembelajaran tatap muka di kelas berubah menjadi tatap muka di dunia maya,dimana kebutuhan akan dawai dan laptop menjadi hal yang utama.


Tidak dapat dipungkiri terjadi percepatan dalam pengembangan era digital 4.0 dimana internet menjadi unsur utama. Pembelajaran secara daring dan luring menjadi pilihan yang tepat untuk mengatasi  proses pembelajaran pada masa pandemi walaupun prosesnya sangatlah dipaksakan karena guru - guru yang ada sebelumnya tidak disiapkan untuk pembelajaran secara online. Proses penyiapan guru di Indonesia disiapkan hanya untuk pembelajaran tatap muka saja. Otomatis guru sangatlah kelabakan mencari solusi pada proses pembelajarannya, mereka dituntut untuk mencari dan mengembangkan diri secara mandiri agar dapat melaksakan pembelajaran secara online dalam waktu yang dadakan dan singkat..


Rentang waktu pelaksanaan pembelajarannyapun mengalami perubahan, karenanya tidaklah mungkin proses pembelajaran secara online dilaksanakan secara full sama dengan ketika proses pembelajaran secara tatap muka. Pihak Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyarankan untuk anak usia sekolah yaitu pada usia  6 -12 tahun proses pembelajaran online hanya dapat dilaksanakan selama 90 menit untuk semua mata pelajaran. Jadi screen time anak usia 6 - 12 tahun untuk belajar adalah 1,5 jam dalam sehari di depan dawai. Karena efek yang ditimbulkan dari penggunaan hp melebihi batas screen time akan mempengaruhi kesehatan anak. Itupun harus diimbangi dengan kegiatan keseimbangan fisik sebelum dan sesudah belajar.


Dengan keterbatasan waktu yang ada sudah barang tentu seorang guru harus bertindak cerdas dan cermat dalam mengemas kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran bisa berjalan efektif. Kreatifitas dan daya inovasi guru sangatlah diperlukan dalam proses pembelajaran secara daring maupun luring.Diperlukan media,metode dan alat peraga yang efektif dan efisien dalam proses pembuatan dan penyampaiannya di kegiatan belajar mengajarnya,mengingat pembelajaran secara online dibutuhkan waktu yang relative singkat.


Dengan adanya keterbatasan ruang dan waktu pada proses pembelajaran jarak jauh memberikan waktu luang pula pada guru untuk mengembangkan diri. Webinar - webinar banyak betebaran di kancah promosi dunia maya,yang memberikan pelayanan - pelayanan bagi guru untuk mengembangkan diri baik dalam penguasaan tehnologi maupun dalam memprogramkan mengemas pembelajaran online  yang asyik dan menarik. Semua itu dapat diikuti oleh guru untuk mengisi kekosongan waktu setelah pembelajaran online.


Masa pandemi disatu sisi memberikan rasa takut pada masyarakat dari aspek kesehatan,tapi disisi lain penulis sebagai seorang guru  bisa memanfaatkan waktu yang ada dengan melaksanakan kegiatan pengembangan diri. Baik itu dalam bentuk webinar maupun pengembangan diri yang lain.Jujur pandemi membawa hikmah,dibalik musibah ada mutiara yang bisa kita ambil di tengah berkeliarannya mahluk kasat mata Covid 19.


Pandemi mengajarkan pada penulis bagaimana menggunakan platform digital dalam proses pembelajaran yang mudah difahami dan menarik anak didik,untuk disampaikan pada proses pembelajaran online. Tanpa disadari pembuatan media digital itu dapat melatih kemampuan diri untuk mengembangkan kemampuan berliterasi. Kehadiran media massa facebook,instagram,dan juga whatsApp yang saat pandemi ini menjadi media utama dalam proses pembelajaran siswa, juga memberikan wahana baru pada penulis untuk menerbitkan suatu karya berupa tulisan. Media Guru adalah salah satu wadah guru untuk mempublikasikan suatu.karya.


Menulis itu memang mudah setiap manusia yang mengenyam pendidikan pasti bisa menulis. Namun manusia yang menghasilkan suatu karya belumlah banyak. Yang penulis rasakan setelah mencoba mengisi waktu luang di masa pandemi bakat menulis itu bukanlah unsur utama untuk menghasilkan suatu karya tulis. Tapi pembelajaran, ketekunan,motivasi dan konsekuensi untuk menulis itulah yang utama.

Menurut Naning Pranoto dalam bukunya "24 Jam Creative Writing" menyatakan bahwa untuk menjadi penulis ada 6 hal yang harus dimiliki; pertama tekad dan kemauan untuk melakukan praktik menulis. Kedua, menambah pengetahuan dengan banyak membaca. Ketiga, banyak bergaul untuk menyelami kehidupan yang lebih baik. Keempat,mempelajari dan memahami bahasa sebagai media untuk menulis. Kelima,mempunyai media untuk menulis. Dan keenam,mempunyai tekad kuat  untuk menulis karya yang bermutu.


Sebenarnya seorang guru identik dengan menulis. Disetiap kegiatannya guru selalu menulis baik itu bahan ajar maupun persiapan mengajarnya. Seorang guru jika hanya melakukan aktivitas menyampaikan ilmu yang dimilikinya di depan kelas maka ilmu tersebut hanya termanfaatkan pada lingkup muridnya saja. Tapi jika dengan menulis guru bisa mempublikasikan semua ilmu pengetahuan yang dimilikinya secara luas,sehingga ilmunya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Baik itu dalam bentuk karya ilmiah, buku pendamping maupun karya tulis yang lain.


Masa pandemi memberikan kesempatan pada guru untuk menggali ilmu dan memotivasi diri untuk menyampaikan gagasan-gagasannya dalam bentuk karya tulis dan mempublikasikannya baik ke media massa maupun pada media - media yang lain. Banyak manfaat yang dapat kita peroleh dengan menulis. Menulis bisa kita gunakan sebagai media curhat tanpa batas tanpa ada menimbulkan lara pada manusia. Apalagi di masa pandemi seperti ini menulis dapat dijadikan sarana guru untuk merefres fikiran kita. Dengan menulis dapat memberikan nutrisi pada otak kita sehingga kita bisa menjadi guru yang kreatif, yang dapat memberikan motivasi yang positif pada siswa. Guru yang kreatif akan menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan anak didiknya.


Saat ini pandemi telah 2 tahun berlalu, literasi telah menjadi kebiasaan bagi guru. Tuntutan berubah menjadi kebutuhan bagi guru untuk menghasilkan karya. Karena sepandai -pandai kita mengemas suatu pembelajaran tanpa ada tulisan yang kita ukirkan dalam sebuah buku orang tak kan faham dan tak banyak yang mengenang apa yang kita sampaikan. "Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.Menulis adalah bekerja untuk keabadian"(Pramoedya Ananta Toer)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun