Mohon tunggu...
Estri Priabietyam
Estri Priabietyam Mohon Tunggu... -

Move to alive UIN Sunan Kalijaga/Ilmu komunikasi/2015

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Status Hari Ibu, Mengikuti Tren?

22 Desember 2015   22:00 Diperbarui: 22 Desember 2015   22:13 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hari Ibu, ya hari ini tepat tanggal 22 Desember 2015 adalah peringatan Hari Ibu Nasional. Mengapa tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu Nasional? Karena pada tanggal 22 Desember para pejuang perempuan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama kali. Perempuan dari beragam daerah berkumpul untuk menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang agar Indonesia merdeka dan membahas perbaikan nasib kaum hawa . begitulah sekilas sejarah mengapa tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu Nasional.

Cara masyarakat memperingati Hari Ibu pun beragam. Sosial media ramai, status facebook, twitter, dan line, pesan pribadi pada BBM, dan status di manapun itu semua intinya tentang Hari Ibu. Meskipun prolognya bermacam-macam, ada yang berupa puisi dan yang polosan intinya sama saja yaitu menyampaikan terima kasih kepada Ibu.

Adapula yang mengunggah foto Ibunya, bahkan foto profil yang tadinya gambar diri diganti menjadi foto Ibu masing-masing anak. Media sosial ramai, status dan foto terpajang, hastag ada di mana-mana berserakan, sesuatu sekali ya.

Tepat pergantian waktu dan hari, dari tanggal 21 menuju tanggal 22, dan waktu 23.59 ke 24.00, dengan cepat para pengguna media sosial mengganti foto profil dan status. Saya pikir ada apa, karena jujur bahwa saya sebenarnya tidak hapal dengan peringatan-peringatan pada tanggal tertentu, saya tahu juga dari status mereka. Saya juga terkadang bertanya-tanya, “apakah mereka memang mengetahui bahwa tanggal 22 Desember itu diperingati sebagai Hari Ibu Nasional atau mereka mengetahui dari status orang juga seperti saya? wkwk". Iya entahlah terserah sajalah.

Menurut saya semua hari, semua tanggal itu sama, yang berbeda adalah kualitas hidupnya. Contohnya saja sekarang tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu Nasional, kemudian banyak yang melimpahkan rasa terima kasih melalui media sosial, banyak yang gembar-gembor, dll. Lalu bagaimana dengan hari dan tanggal selanjutnya? Ya sudah ditinggal begitu saja.

Terkadang adapula yang sekadar membuat status karena mengikuti tren, status yang berisi harapan-harapan, ucapan maaf dan terima kasih, kemudian mari cocokkan dengan realita. Cocok atau tidak ya hanya diri sendiri yang mengetahuinya. Jangan-jangan kalau bangun tidur kesiangan sehingga tidak membantu Ibu yang sedang memasak. Ya sejenis itulah realita yang ada. Lalu apa perwujudan nyata status-status itu?

Kesalahan-kesalahan yang dikatakan biasa ini biasa terjadi karena memang dibiasakan. Seolah-olah sudah termakan kebodohan apabila sekadar mengikuti tren. Menyedihkan sekali ya antara status dan yang ada di dunia nyata tidak relevan. Kalau yang seperti ini saja dibiasakan bagaimana dengan hal-hal lain yang merujuk pada kehidupan anak bangsa dan nasib bangsa? Menyedihkan. Walau bagaimanapun yang seperti ini harus diubah. Tapi ya namanya saja media sosial cepat sekali menjalar kemana-mana, siapa saja cepat terpengaruh baik yang sadar dan yang lengah.

Memang yang paling susah itu menjadi diri sendiri, kebanyakan orang tidak percaya diri dengan diri mereka sendiri. Kalau saya tarik tentang menjadi diri sendiri dan fenomena pengucapan Hari Ibu melalui status ya lebih baik jangan menuliskan status seperti itu, yang terpenting adalah tindakannya bukan status. Kemudian hubungannya sama menjadi diri sendiri?

Hubungannya adalah kalau diri sendiri merasa lebih baik tidak udah menulis status seperti itu ya tidak usah, “Tapi nanti aku gak update kayak temen-temen yang ngucapin selamat Hari Ibu di status”, ya kalau mentingin kalimat seperti itu sih masih mengikuti tren bukan dari hati.

Pada dasarnya semua hari dan semua tanggal itu sama, seperti yang sudah saya tuliskan di atas bahwa yang membedakan adalah kualitas hidup. Mau Hari Ibu atau Hari Ayah yang terpenting adalah didoakan setiap hari, bukan hanya pada hari dan tanggal tertentu. Tidak ada larangan dan media sosial itu bebas, ya bebas sekali bagi pemilik akun, hendak menulis status seperti apa itu hak masing-masing, tetapi yang lebih baik adalah kecocokan antara status dan realita hidup.

Mau status seperti apa kalau tidak cocok dengan tindakan nyata kan percuma. “Itukan hak pribadi!”, oke kalau itu hak, “aku mah apa atuh ngelarang-ngelarang”, tapi kalau ini dibiarkan apalagi hanya sebatas tren, bisa disimpulkan bahwa kita semua terjebak pada area kebodohan. Ya inilah pendapat saya mengenai maraknya status Hari Ibu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun