Masa remaja ialah masa seseorang berkembang, mulai dari fisik dan psikisnya. Namun psikis mereka tidak seluruhnya berubah, banyak dari mereka yang masih labil. Pada masa inilah, hidup terasa indah, bebas berkarya, dan menyenangkan. Mereka mulai merasakan rasa ketertarikan kepada lawan jenis. Ya, ini memang manusiawi, tapi pada masa remaja lah, rasa sayang itu menjadi-jadi, percaya atau tidak? Anda pasti pernah merasakan itu. Tetapi mereka cenderung berpikir pendek dan mudah terpengaruh lingkungan, maka dari itu apabila tidak waspada mereka akan jatuh ke jurang yang suram.
Masa remaja itu bagi saya adalah masa yang menyenangkan, lebay, dan tidak akan pernah dirasakan ketika sudah memasuki masa dewasa. Jelas saja, karena situasi dan kondisi sudah berbeda. Banyak dari mereka yang telah mengenal apa itu cinta. Setelah mereka memasuki dunia cinta, tidak menutup kemungkinan mereka akan terjatuh, ngejleb, nyesek, sakit, baper, dan galau. Ya kawan, inilah penyakit remaja, ketika mereka merasakan penyakit-penyakit tersebut di atas, seolah-olah tidak ada titik cahaya lagi, padahal perjalanan mereka masih panjang, dan sebenarnya di sini bukanlah masa mereka menjadi tokoh dalam kehidupan cinta, karena mereka belum sepenuhnya mengerti apa itu cinta. Kebanyakan para remaja menghabiskan waktunya dengan hal yang berbau cinta, padahal belum! Belum saatnya. Begitu sedihnya melihat remaja di zaman sekarang yang parah dalam pergaulan percintaan.
Nah, bagi para remaja yang sudah telanjur jatuh di lubang hitamnya cinta, jangan putus asa, maksudnya bukan putus asa untuk mencari yang baru, tetapi jangan putus asa dalam kehidupan, karena banyak kasus bunuh diri ketika mereka merasakan sakit hati akibat cinta.
Hai remaja! Berkaryalah!
Ada satu kegiatan yang akan membantu para remaja yang galau ini untuk bangkit, yakni menulislah!
Menulis bukanlah sebuah hobi, jadi bagi yang tidak memiliki hobi menulis tidak ada salahnya untuk menulis. Bahkan hampir setiap waktu manusia itu menulis, iya kan?
Jika ada yang mengatakan, “Ah aku enggak hobi tuh, ngapain aku nulis-nulis.”
Ini sungguh menyedihkan, mengertilah bahwa banyak yang tidak sadar mereka yang membantah seperti itu padahal mereka menulis, contoh saja menulis pelajaran, diary, menulis galau-galauan enggak jelas, iya to? Itu kan menulis, bukan mengukir.
Percaya saja, remaja yang galau pasti pernah menuliskan kegalauannya di atas kertas, itu dilakukan untuk melampiaskan emosi mereka. Ketika mereka sudah menuangkan perasaan mereka di atas kertas atau diketik, mereka akan merasakan sedikit lega.
Menulislah sebanyak-banyaknya! Atau apabila ingin tulisan tersebut menguntungkan, bisa saja Anda merelakan kisah Anda dibaca publik dengan cara membuat novel, ya based of true story gitu. Siapa tahu bejo. Dari sakit hati bisa menghasilkan uang kan keren tuh, siapa tahu sang ex boy/girl nanti menyesal atau terkagum-kagum.
Selain dijadikan novel, tulisan-tulisan itu juga bisa dipost ke website, misalnya blog, siapa tahu viewers banyak, dan Anda bisa tersohor, bukan hanya tersohor, bahkan uang akan mengalir. Tidak usah dicari, uang yang akan mencari pemegangnya.