Mohon tunggu...
Estria
Estria Mohon Tunggu... Lainnya - Calon penulis

Suka nonton nadia omara dan hirotada

Selanjutnya

Tutup

Nature

Perempuan: Kekuatan Pendorong di Balik Transisi Energi Lokal Menuju Net Zero Emission 2060

13 Juni 2024   10:26 Diperbarui: 13 Juni 2024   11:33 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artikel Membangun dari Desa ala Tri Mumpuni...(Kompas.com)

Indonesia berkomitmen untuk mencapai emisi nol bersih (net zero emission) pada tahun 2060 mendatang. Proses perjalanan menuju ambisi ini, peran perempuan tak dapat terabaikan dalam transisi energi lokal menuju net zero emission (NZE). Meskipun sering terabaikan dalam beberapa narasi dominan, nyatanya perempuan memiliki kontribusi yang tak ternilai pada proses mempercepat perubahan menuju energi bersih dan berkelanjutan.

Perempuan di seluruh dunia, seringkali menjadi pengguna utama energi di dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memainkan peran penting dalam mendorong transisi energi, menjadi agen perubahan yang memimpin komunitas dalam mengadopsi teknologi energi terbarukan, , mendirikan usaha kecil di bidang energi hijau dan menerapkan kebijakan yang mendukung energi berkelanjutan. Partisipasi perempuan dalam pembangunan energi lokal:

Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Perempuan memiliki kapasitas yang luas dalam pengambilan keputusan terkait energi lokal, mulai dari perencanaan hingga tahap implementasi proyek energi terbarukan. Partisipasi perempuan dalam forum pengambilan keputusan lembaga pemerintah dapat memastikan bahwa prespektif dan kebutuhan mereka diwadahi dan diwakili dengan baik. 

Perempuan terlibat dalam pengembangan dan penerapan teknologi energi terbarukan seperti panel surya, turbin angin kecil, hingga sistem biogas. Para srikandi energi ini dapat menjadi agen perubahan di komunitas mereka, memulai mempromosikan teknologi ramah lingkungan yang membantu mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Mereka juga dapat berpartisipasi dan terlibat secara aktif dalam proyek lokal untuk pemasangan teknologi energi.

Meningkatkan efisiensi energi. Perempuan dalam praktik hemat energi di rumah tangga, mereka akan memilih peralatan elektronik yang mudah di gunakan dan hemat energi, menggunakan air secara efisien, dan mengurangi penggunaan energi listrik yang berlebihan. Mereka juga akan membagikan tips hemat energi dengan tetangga dan anggota komunitas lainnya. 

Guna meningkatkan kesadaran tentang iklim dan transisi energi, para perempuan juga dapat memperolehnya melalui edukasi dan advokasi. Mereka dapat berbicara di depan umum, menulis artikel, dan menggunakan media sosial untuk menyebarkan informasi tentang masalah ini.

Peran pemerintah dan organisasi non-pemerintah memiliki peran yang signifikan untuk mendukung partisipasi perempuan dalam transisi energi lokal. Mereka dapat menyediakan pelatihan, pendanaan dan sumber daya lainnya yang dapat membantu perempuan terlibat dalam proyek energi terbarukan dan efisensi energi. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi perempuan untuk memimpin dan berinovasi di sektor energi ramah lingkungan. 

Pemberdayaan perempuan dalam transisi energi tidak hanya membantu Indonesia mencapai tujuan net zero emission, tapi juga membawa banyak manfaat lainnya bagi perempuan. Transisi energi dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan akses terhadap energi yang bersih dan murah, juga meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan di masyarakat. 

Namun praktik keikutsertaan perempuan dalam transisi energi lokal  terdapat hambatan dan tantangan yang harus dilalui dan diselesaikan. 

Tantangan yang pertama, banyak perempuan di daerah tidak memiliki akses yang sama dengan laki laki terhadap akses pendidikan formal dan pelatihan teknis. Ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk terlibat dalam sektor energi yang sangat membutuhkan keterampilan teknis khusus. 

Maka dibutuhkan keleluasaan akses pendidikan terhadap seluruh masyarakat Indonesia. Dalam mengatasi permasalah itu maka perlu dibentuk lembaga pelatihan khusus terhadap perempuan untuk menunjang transisi energi lokal menuju net zero emission pada tahun 2060, setiap perempuan harus diwajibkan untuk mengikuti pelatihan yang telah terbentuk. Kedua, stereotip gender dalam industri energi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun