Spiritualitas berasal dari kata benda Latin spiritus, yang berarti nafas, dan kata kerja spirare, yang berarti bernafas. Bertolak dari akar tersebut, spiritualitas juga dapat diartikan hidup, karena hanya yang hiduplah yang bernafas.Â
Spiritualitas juga dapat diartikan sebagai ruh, jiwa, ruh, bersifat psikis (internal) dan mengacu pada yang tidak berwujud, yaitu. teramat Spiritualitas berarti berdasarkan atau menurut kehidupan. Dalam konteks hubungan transendental, ruh adalah ruh Tuhan sendiri. Spiritualitas adalah kehidupan yang dilandasi oleh pengaruh dan tuntunan Roh Tuhan (Sastrodihardjo & Suraji, 2020).Â
Menurut Suparno (2019), spiritualitas juga dapat dipahami sebagai kekuatan hidup seseorang atau kesadaran mendalam yang didasarkan pada hubungannya dengan Tuhan. Siapa pun dapat memiliki kesadaran seperti itu, bahkan seseorang yang tidak secara resmi menganut agama apa pun.
Dimensi spiritual mencakup semua kualitas manusia, seperti hati nurani yang tidak berada di bawah kendali superego, selera humor (Zohar & Marshal, 2000).Â
Spiritualitas adalah keinginan transendental dari dalam diri untuk mendekatkan diri dan memenuhi kebutuhan transendental, yang merupakan pedoman untuk mencapai tujuan hidup dan mencapai kebahagiaan, cinta kasih dan kedamaian sehingga individu dapat menghadapi segala persoalan hidup.Â
Esensi mewujudkan spiritualitas melampaui kepentingan pribadi karena diarahkan pada kesejahteraan orang lain melalui keterbukaan dan kebijaksanaan (Azis, 2019). Efek spiritualitas pada individu adalah pembentukan cara berpikir baru yang ditandai dengan orientasi yang lebih holistik, altruistik, pelayanan kepada orang, komitmen pada kebenaran dan perilaku mulia lainnya serta kesadaran diri.Â
Pengendalian diri, optimisme, motivasi untuk melakukan yang terbaik, dan inisiatif semuanya terkait dengan pengendalian diri dan kepemimpinan, yang juga merupakan implikasi lain dari spiritualitas. Pola pikir seperti itu diperlukan untuk mempercepat perubahan organisasi.
Ciri-ciri bangsa Indonesia yang dikenal dengan keramahan, akhlak mulia, adat istiadat dan agamanya mulai runtuh dan digantikan oleh kekerasan, kejahatan, ketidakadilan, korupsi, radikalisme, dll.Â
Globalisasi telah mengubah nilai-nilai dan karakter baik masyarakat Indonesia, menggantikannya dengan sikap hedonistik, materialistis, pragmatis, radikal, serba instan, dll.Â
Efek nyata dari globalisasi adalah manusia melihat segala sesuatu dari sudut pandang hedonistik-materialistis, sedangkan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual terpinggirkan.
Dengan karakteristik bangsa yang semakin terpuruk, sudah sewajarnya pembangunan karakter harus dikembangkan. Pendidikan karakter adalah usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan mengaktifkan potensi peserta didik untuk membangun karakter pribadinya agar menjadi pribadi yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.Â