Dan secara mindful saya berulang kali memberi afirmasi bahwa kalaupun tidak tercapai semua, tidak apa-apa. Jadwal hanyalah kerangka yang mati, manusia lah yang hidup, dan yang paling tahu yang mana yang perlu diselesaikannya di depan mata.
Mengekspresikan Kasih dengan Memuji Orang Lain Karena Effort Mereka
Kadang memuji adalah hal yang sulit. Memuji punya prinsip yang sama dengan memaafkan. Kalau sering-sering dilakukan maka, orang-orang akan menganggap itu sesuatu yang biasa, sesuatu yang taken for granted.Â
Tapi saya termasuk orang yang sangat ekspresif dan suka memuji. Kadang itu berakibat tidak baik dan disalahartikan.
Tapi saya pernah diajarkan bahwa pujian yang pantas itu adalah karena usaha seseorang, bukan karena hasil akhir atau prestasinya dan bukan pula karena bawaan sejak lahir.
Maka saya belajar memuji orang karena usaha mereka. Saya mulai memberikan komentar-komentar kepada para kreator video pemula yang baru saja merintis akun Youtube-nya. Saya memuji usaha mereka dan memberi support agar mereka terus semangat melakukan apa yang sedang mereka lakukan.
Saya juga lebih sering memuji para Kompasianer yang berusaha begitu keras untuk menghasilkan sebuah karya tulisan. Ketimbang hasil akhir apakah itu menjadi konten headline, pilihan, atau tidak terpilih sama sekali.
Perasaan setelah memuji dan memberikan apresiasi membuat efek hangat di hati saya. Rasanya menyenangkan, mengembalikan buah manisnya sebuah usaha dengan apresiasi yang tulus.
Mengeksplorasi Kreativitas Diri
Di poin ini, saya tentunya masih kalah dengan kompasianer lainnya, yang bahkan sudah mengembangkan hobi-hobi baru selama pandemi. Tapi meskipun tidak punya hobi baru.
Saya merasakan bagaimana sebulan ini saya telah mengeksplorasi banyak hal, mulai dari tulisan, ide konten, metode editing video, resep-resep masakan praktis dengan bahan dan alat sederhana serta eksplorasi cara terbaik memenangkan perdebatan saat diskusi dengan suami. Haha!
Dengan eksplorasi itu saya merasakan diri saya semakin kaya, dan energi saya tersalurkan pada wadah-wadah yang tepat. Saya tidak perlu lagi memikirkan ucapan dan omongan orang yang tidak sedap ditelinga, atau merutuki pandemi yang tak kunjung usai.
Begitulah kebiasaan saya selama sebulan ini yang ampuh untuk berdamai dengan diri sendiri. Semoga Anda yang membaca, bisa mengambil manfaat dan juga berhasil mempraktikannya.