Saya bukan orang yang begitu suka kegiatan shopping. Untuk berbelanja baju misalnya, Â momen di mana saya akan ke pusat perbelanjaan bisa dihitung dengan jari. Momen lebaran mungkin salah satu yang masuk hitungan.
Tapi tidak menyukai kegiatan berbelanja pakaian, bukan berarti tidak memperhatikan brand departemen store. Sulit untuk siapapun bisa lepas dari terpaan marketing dan iklan mereka.
Salah satu yang paling terngiang di kepala adalah kategori iklan-iklan Ramadan. Ketika menyebutnya, Ramayana Departemen Store menempati sebuah tempat di memori otak saya yang paling mudah di-recall. Ya, iklan-iklan Ramayana edisi Ramadan, diwarnai cerita-cerita pendek dengan pesan menggugah.
Iklan Ramadan Ramayana tahun 2017 misalnya, punya pesan yang kuat dan alur yang sulit ditebak. Dan saya yakin siapapun yang pernah menontonnya pasti bila tidak meneteskan air mata, tergetar hatinya mengingat keluarga.
Adegan demi adegan awal menampilkan satu keluarga yang selalu diomeli tokoh nenek dalam iklan tersebut, karena harus terus mengingatkan satu keluarga untuk berpuasa, sahur, dan tarawih.Â
Penonton sempat dibawa pada asumsi bahwa kepala keluarga dan anaknya tergolong orang yang tidak taat. Namun cerita berbalik, ternyata si nenek mengalami gangguan ingatan selama setahun, tepat sejak suaminya meninggal di Ramadan tahun sebelumnya. Sejak saat itu, setiap hari baginya adalah Ramadan. Anak dan menantunya bersabar diri selama waktu tersebut dan terus mau diajak bangun sahur, puasa, tarawih, atau beli baju lebaran (tentunya di Ramayana).
Iklan ini ingin mengingatkan nilai-nilai kesabaran, menjaga perasaan dan berbakti pada orang tua, sambil menyisipkan pesan bahwa berbelanja baju seberapa banyak pun di Ramayana, akan sangat affordable karena harganya terjangkau. Di akhir iklan Anda bisa melihat pesan ini terejawantah dengan tumpukan tas hasil berisi belanjaan baju lebaran sang nenek dari Ramayana.
Dengan tagline "Bahagianya adalah bahagiaku" Ramayana mengajak masyarakat untuk tidak takut berkorban, karena tidak ada pengorbanan yang sia-sia demi kebahagiaan orang tercinta.Â
Itu dikuatkan dengan latar suara; "Jangan pernah lelah membahagiakan orang yang kita cintai, karena itu keren". Lalu muncul hashtag #KerenHakSegalaBangsa.