Cara-cara inilah yang sangat berbahaya. Pasalnya saat bahan bakar yang biasa digunakan ini diganti, otomatis mesin akan menyesuaikan kembali kompresinya. Peralihan yang sangat cepat inilah yang bisa mendatangkan dampak buruk bagi mesin, salah satunya masalah performa yang loyo, mesin mudah rusak dan bahkan sulit dihidupkan. Bila memang ingin mengganti, sebaiknya ganti sekalian dan konsisten dengan bahan bakar pengganti tersebut. Jangan dicampur-campur!
Keputusan Memilih Harga Murah atau Ketahanan Kendaraan
Literasi tidak hanya soal pengetahuan, tetapi soal kemampuan mengambil keputusan. Pada kenyataannya, banyak kita lihat, khususnya di SPBU, motor-motor yang berkompresi tinggi ikut mengantri di pompa bensin jenis premium. Faktor ekonomi lebih mendesak untuk mempengaruhi keputusan para pengguna ketimbang dampak rusak ke depan pada mesin motornya.
Pada kondisi darurat, motor-motor berkompresi tinggi bisa saja menggunakan BBM jenis premium yang bersubsidi. Namun kalau dipaksa terus menggunakan asupan yang kurang bagus ini, maka pencernaan "perut" mesin juga tidak akan bekerja dengan normal. Alih-alih melakukan penghematan ini malah akan membuat para pengguna mengeluarkan dana lebih banyak di masa depan untuk perbaikan mesin.
Memikirkan Tentang Lingkungan
Salah satu poin literasi yang perlu dipertimbangkan adalah mengenai kesadaran para pengguna kendaraan bermotor bahwa mereka ikut andil dan bertanggung jawab dalam menjaga lingkungan bebas dari polusi asap kendaraan. Memilih bahan bakar berimplikasi langsung pada emisi yang dikeluarkan yang akan berdampak terhadap kesehatan dan pencemaran lingkungan. Pembakaran bahan bakar minyak, selain menghasilkan energi, juga menghasilkan gas buang yang amat beracun seperti karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NO2), dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan hujan asam dan pemanasan global.
Dampak penggunaan bahan bakar minyak di Indonesia, khususnya di kota-kota aglomerasi, makin serius manakala kualitas bahan bakar yang digunakan masih rendah. Indikator bahan bakar yang masih rendah kualitasnya adalah kandungan oktan number (RON). Semakin tinggi kandungan RON suatu bahan bakar minyak, makin rendah emisi gas buangnya dan semakin rendah kadar RON-nya, makin buruk dampaknya terhadap lingkungan serta kesehatan manusia tentunya.
Pada akhirnya, riset sederhana saya tentang kendaraan bermotor ini memberikan saya gambaran bahwa tingkat konsumerisme terhadap kendaraan bermotor di negara ini yang sangat tinggi belum dibarengi dengan kecerdasan penggunaannya secara lebih mumpuni.
Semoga kedepannya kita lebih bijak memilih bahan bakar agar kendaraan yang kita pakai lebih awet dan optimal!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H