Â
Tadi pagi seperti biasa , terdengar adzan subuh , tepat pukul 4.05 menit di komplek kami, sekitar Banyumanik yang dikelilingi oleh banyak masjid di kampung-kampung sebelah,sehingga adzan itu menjadi irama symponi yang terdengar syahdu di telinga dan kalbu saya. Menjadi kebiasaan bahkan sekarang sudah  menjadi hobi saya, bergegas menuju masjid yang tidak begitu jauh dari rumah saya.Â
Udara saat itu dingin menusuk tulang, deras air hujan dan embun malam masih menyisakan rona sejuknya. Menjadi tantangan sendiri  bagi saya menembus kabut di tengah rinai  hujan.  Kalau tidak rasa cinta pada sang Khalik pemilik rumah suci ini, mungkin saya akan enak-enak melunjurkan selimut, menelungkupkan badan berhangat, apalagi pagi dingin menembus tulang, demikian menggoda untuk kembali ke peraduan , melanjutkan mimpi indah tadi malam.
Dari hari ke hari ada perasaan yang sedikit gamang atau katakanlah prihatin, masjid semakin banyak memang, dan bangunan tampak semakin indah , megah dan gagah, lantai dan dindingnya banyak dibuat dari marmer  mahal, namun berulang kali saya  perhatikan masjid masjid di kampung semakin sepi malah ( kalau ada jamaah, shafnya bisa dihitung, paling banter 3 shaf, memang beberapa sebagian masjid di kota semakin ramai.Â
Beberapa acara kajian banyak dilaksanakan di masjid masjid kota. Yang menjadi kegamangan saya, yang meramaikan masjid lebih banyak ibu-ibu dan bapak bapak,  itupun bapak-bapak dan ibu jelita  (jelang lima puluh tahun) dan diatas jelita , lebih lima puluh tahun, enam puluh tahun. Saya merenung di mana anak-anak kita balita? Remaja dan dewasa, selain di masjid  kampus, mungkin masjid-masjid di kampung semakin sepi jamaahnya,saya khusnudzon  (berbaik sangka), mungkin remaja dan anak-anak dewasa semakin sedikit, mungkin mereka sibuk, mungkin mereka tugas di kampus terlalu banyak,sehingga pada lembur tugas kampus sampai pagi. Â
mungkin..ah apalagi alasannya ?Yang pekerja mungkin sebelum subuh memang harus mengejar ketertinggalan  bus, kereta, pesawat, agar tidak terlambat ke tempat tugas, subuh on the road  atau di jalan?i Ini menjadi PR utama takmir masjid. Saya bukan takmir masjid, namun saya penggembira masjid, mencoba belajar memakmurkan masjid. dan mencoba istiqomah, karena betapa ruginya, masjid yang dibangun berpayah payah, gagah dan indah, sedikit jamaahnya.
Di tengah-tengah perjalanan menuju kantor, terbesit ide itu, ide Out Of the box dari anak saya, bagaimana membuat inovasi Meningkatkan jamaah masjid untuk anak balita, remaja dan dewasa, pelajar,mahasiswa (generasi mileneal).  Saya diskusi pendek dengan anak saya"Dik , apa yang membuat generasi mileneal,teman-teman, adik-adikmu  jarang ke berjamaah dimasjid? Coba masjid ini rata -rata jamaahnya,hanya 2  sampai 3 shaf diwaktu subuh, padahal warga di komplek kita kurang lebih ada 250 orang. ".  dengan santai anak saya menjawab, "Mah anak-anak khan suka bermain,generasi mileneal suka suasana berbeda, ngriung,ngumpul diskusi dalam suasana kekinian . Coba kalau masjid ada ayunan, taman bermain, kalau generasi milenea baru ngetrend panahan  dan ngopi bareng. di samping halaman  masjid kalau ada ayunan, ada kolam renang, ada tempat arena panah, otomatis anak anak adik kita akan datang ke masjid bermain sekaligus bisa ngaji disini, anak-anak sukanya bermain,  suka mendengarkan dongeng, cerita, dan bisa juga diingatkan agar  jangan lupa sambil bermain bawa peralatan sholat dan ngaji, otomatis, anak-anak hoby lah ke masjid, tidak usah dipaksa, juga akan datang sendiri , kalau generasi anak kampus sukanya makan gratis, sambil diskusi, sharing,  dan ngevlog.Bagaimana ya ma  kalau nonton film edukasi, diskusi kepimpinan , bela negara,ilmu pengetahuan teknologi , film sukses story, cerita bisnis ekonomi  syariah sambil ngopi di masjid, itu pasti menarik  anak anak milenea untuk datang rindu  ke masjid. ibaratnya taman masjid bisa tempat bermain yang sehat, serambi masjid tempat diskusi. dan emak-emak  juga bisa belanja dan memamerkan produk atau karyanya di sini ? Boleh juga khan masjid jadi pusat bisnis.  coba mama ingat, waktu kita umroh kemarin, sisi masjid Masjidi Haram di Mekah  dan Nabawi , khan selalu ada keramaian karena ada yang berdagang, ada musium, ada tempat shoping.?,"  Ya juga kalau dipikir, mungkin ini bisa dicontoh, tidak sama persis. Toh masjid Indonesia jumlahnya banyak, penduduk muslimnya juga banyak.  Di luar  hari Jumat, tingkat jamaah masjid memang perlu ditingkatkan, terutama waktu subuh.Â
"Dik, terimakasih idemu,nanti mama sampaikan ke takmir masjid se Indonesia Raya, ayoo ajak teman-temanmu dan adik-adikmu hoby ke masjid beramai-ramai, doakan nanti masjid-masjid di Indonseia punya banyak tempat bermain"
Ini cerita dan harapan saya di Hari Jumat berkah, bagaimana cerita Anda??
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H