Mohon tunggu...
Estikomah Sunarto
Estikomah Sunarto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta NIM: 11730139

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pesona Senja Tebing Mangunan di Kala Purnama

24 Oktober 2012   02:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:28 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari siang terus berjalan menuju ufuk barat menjauhi ufuk timur. Jauh dan jauh sehingga hanya tampak ujung sinarnya saja, bagai mata yang sedang mengintip bumi. Cahayanya yang terang kian redup sehingga hanya seberkas cahaya yang tampak begitu indah menghiasi langit di sela-sela awan senja. Butiran-butiran cahaya lampu kota yang berkelip menambah indahnya senja di tebing Mangunan. Angin sore yang membawa kedamaian, serta hamparan hijau dedaunan yang juga menumbuhkan rasa sejuk di hati ini.

Itulah sedikit ilustrasi yang dapat saya gambarkan ketika berada di tebing Mangunan. Daerah ini terletak di pegunungan Mangunan tepatnya di daerah Imogiri. Dari pasar Imogiri kita mengambil route yang menuju Dlingo. Akses untuk pergi ke sana pun sangat mudah, tidak banyak belokan, jalannya yang rata dan tempatnya yang berada di pinggir jalan. Sehingga siapapun dapat mudah menemukannya.

Tempatnya yang sejuk dan areanya yang luas mampu memanjakan mata kita untuk melihat keindahan senja. Bisa dikatan tempat ini sangat cocok untuk refreshing bagi warga kota yang setiap harinya hanya meliat bangunan-bangunan bertingkat. Apalagi ketika bulan purnama, indahnya senja ditambah hadirnya bulan membuat kita kagum terhadap keindahan alam yang satu ini. Daerah ini hampir sama dengan bukit bintang yang berada di jalan Wonosari. Hanya saja di tebing Mangunan lebih di dominasi dengan hamparan hijau pepohohan, sehingga masih benar-benar terasa alami.

1351043182117244626
1351043182117244626

Daerah ini pun masih terbilang alami, belum ada tangan manusia yang mencampurinya. Hanya saja tebing ini terjadi karena bekas galian batu kapur, namun membuat daya tarik tersendiri yang mampu memikat hati bagi para penggemar wisata alam. Jika kita ke sana di siang hari akan terasa panas karena belum ada tempat untuk berteduh dari panasnya matahari. Daerah ini memang belum dikelola oleh siapapun. Namun jika dikelola dengan baik, dengan diberikan beberapa fasilitas, semisal restoran, taman atau area bermain, akan sangat berpotensi untuk dijadikan tempat wisata.

Ketika saya datang ke tebing Mangunan ini, di sana terdapat beberapa orang yang sedang menikmati keindahan alam juga. Belum banyak orang yang berkunjung ke daerah tersebut, karena memang daerahnya yang jauh dari perkotaan dan tidak berada di tempat keramaian. Jalan yang digunakan untuk mengakses ke sana pun masih terbilang sepi, karena hanya dilewati oleh masyarakat Dlingo, Mangunan, dan masyarakat sekitar yang ingin bertransaksi jual-beli di pasar Imogiri atau melakukan kegiatan lainnya.

Beberapa fenomena keindahan disajikan di tebing ini, diantaranya adalah bias sinar matahari yang sedang tenggelam sehingga menggambarkan warna kemerahan di beberapa sudut langit. Fenomena ini dapat dilihat dengan jelas oleh mata kita. Ditambah dengan sejuknya angin sore yang membuat hati kita merasa tentram berada di tebing ini. Selain itu, kita juga dapat melihat bulan dengan jelas dan terasa dekat dengan kita. Tentunya fenomena ini akan terjadi ketika bulan purnama. Untungnya saya datang berkunjung ke tebing tersebut pada waktu yang tepat, tidak terlalu sore dan saat bulan purnama. Sehingga saya dapat menikmati dua fenomena alam, yaitu bias cahaya matahari yang sedang tenggelam dan bulan purnama, dengan sangat jelas. Belum lagi warna hijau pepohonan yang menandakan keasrian daerah ini.

13510435412121174597
13510435412121174597

13510439801910233028
13510439801910233028

1351043615784328865
1351043615784328865

13510440332113286304
13510440332113286304

1351043802264081602
1351043802264081602

13510441581589967769
13510441581589967769

13510438921349212258
13510438921349212258

1351044260757888133
1351044260757888133

Semakin lama, waktu pun makin bertambah. Sambil menikmati fenomena ini tak terasa waktu pun sudah mulai gelap. Namun saya masih dapat melihat samar-samar karena cahaya bulan purnama mampu sedikit menerangi lingkungan sekitar. Seiring gelapnya hari, terlihat bintik-bintik cahaya lampu kota yang menambah suasana damai di hati. Walaupun cahaya lampu yang terlihat tidak sebanyak di bukit bintang, namun sudah mampu memanjakan mata kita yang seharian lelah melihat gedung-gedung bertingkat.

Sayangnya, saya berada di tebing itu tidak sampai malam,hanya sampai sekitar jam 18.15 WIB, karena dituntut untuk mengisi perut dan di sana memang belum ada fasilitas apapun. Daerah tersebut memang masih benar-benar alami. Yang saya harap, pemerintah setempat dapat mengelola daerah tersebut, sehingga dapat menjadi potensi wisata dan dapat menambah pendapatan bagi pemerintah itu sendiri. Dan tak lupa saya juga dapat berkunjung ke sana sampai malam hari, sehingga dapat menikmati keindahan bulan purnamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun