Mohon tunggu...
Estikomah Sunarto
Estikomah Sunarto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta NIM: 11730139

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jeritan Nenek Moyang

13 November 2012   16:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:27 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari berbagai pulau yang terbentang dari Sabang sampai Marauke.kondisi geografis ini membuat Indonesia menjadi bangsa yang kaya akan hasil alam dan kebudayaan.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang paling kuat kultur peradabannya. Berbagai adat terjaga baik di negeri ini, masyarakatnya begitu kokoh melestarikan budaya yang ada. Baik kultur yang diwarisi oleh nenek moyang maupun kultur yang mereka ciptakan sendiri di lingkungannya.

Kekayaan yang tiada batas dan kekayaan budaya yang beraneka ragam seharusnya mampu membuat Indonesia menjadi ngara yang besar dan hebat. Namun, seiring dengan perkembangan yang terus berjalan, adat yang terjaga kian sirna karena adanya pengaruh-pengaruh dari negara-negara luar. Perkembangan dan kemajuan teknologi tidak lantas membuat masyarakat Indonesia untuk berfikir maju. Mereka terbuai akan kemewahan teknologi yang membuat mereka lupa akan tanggung jawab mereka sebagai penerus bangsa. Banyak masyarkat Indonesia yang terbuai dengan kemajuan yang ada di luar negeri. Mereka mengikuti “trend” yang berkembang di negara-negara luar dan melupakan kebudayaan yang ada. Padahal, pada kenyataannya, kebudayaan Indonesia lebih lah indah dibandingkan dengan “trend” yang ada di negara luar.

Sayangnya, banyak warga Indonesia yang tidak menyadari hal itu. Bagi sebagian masyarakat, melestarikan kebudayaan merupakan kegiatan yang sangat rendah dan ketinggalan zaman. Bagi mereka mengikuti “trend” yang berkembang di negaraluar merupakan hal yang sangat wajib untuk mereka lakukan, karena bila tidak, maka mereka akan ditinggalkan oleh dunia. Sedangkan mereka yang masih peduli akan kemegahan budaya yang ada di negeri ini sangatlah sedikit dan terpinggirkan di negeri sendiri.sangatlah sedikit yang mampu dan mau untuk melestarikan kebudayaan yang ada. Bila seperti ini, apa jadinya negara kita ini. Bila bukan kita siapa lagi yang akan melestarikan kebudayaan bangsa kita?? Bila bukan kita siapa lagi yang akan mengenalkan kekayaan kebudayaan kita kepada negara lain?

Kekayaan budaya yang kita miliki sebenarnya sangatlah indah dan mampu membuat negara luar terpesona akan keindahan itu. Terlebih negara kitadidukung dengan adanya keindahan alam yang tiada tandingnya. Sayangnya, tidak semua masyarakat Indonesia sadar akan hal itu. Sampai-sampai kebudayaan yang kita miliki diklaim oleh negara lain sebagai kebudayaan mereka. Itu semua karena kesalahan kita yang tidak mau atau acuh tak acuh dengan kebudayaan yang kita miliki.

Kita marah ketika kebudayaan yang kita miliki diklaim oleh negaratetangga sebagai miliknya, tetapi kita sendiri tidak mau mempelajari bahkan melestarikan budaya yang ada. Begitu miris kah ini, melihat kenyataan yang ada. Kita sebagai pewaris akan kebudayaan yang seharunya menjadi milik kita tidak mampu menjaga dengan baik apa yang seharusnya menjadi milik kita. Negara lain lebih bisa untuk melestarikan kebudayaan kita dibandingkan kita sendiri yang notabenenya sebagai pemilik sah atas kebudayaan tersebut. Yang lebih menyakitkan lagi, justru orang luar negeri yang mau untuk mempelajari keindahan budaya yng kita miliki bahkan sampai menguasainya.
Tidak sedikit masyarakat luar negeri yang mau untuk mempelajari memainkan angklung dan mengusainya. Padahal angklung adalah salah satu alat music khas negara kita. Ebagai masyarakat Indonesia, kita bermalas-malasan untuk belajar memainkannya. Tidak hanya angklung, permainan gamelan pun banyak ditekuni oleh masyarakat luar negeri. Banyak wisatawan luar negeri yang ingin belajar kultur yang kita miliki, baik dari memainkan alat music, sampai prosesi uapacara-upacara adat. Kenapa kita tidak melakukan hal itu? Kita hanya bisa berdiam diri untuk mempelajarinya, dan marah ketika hal itu diakui oleh bangsa lain sebagai kebudayaan miliknya.

Sungguh memalukan, kita sebagai pemilik kebudayaan tidak lantas berdiri untuk mempelajari kebudayaan yang ada dan melestarikannya agar tetap langgeng, malah justru kita meninggalkannya dan melakukan hal-hal yang membuat kita lupa akan apa yang kita miliki.

Salah seorang dari masyarakat Korea begitu bersemangat untuk mempelajai kain tenunan yang ada di Tanah Toraja, Sulawei. Bahkan dia pun bersemangat untuk mempelajari Bahasa Indonesia agardapat mempelajari tenunan Tanah Toraja. Dia pun ingin melakukan penelitian di bumi Indonesia ini, tepatnya di Tanah Toraja. Hasil pembelajaran yang dia dapatkan dari masyarakat Tanah Toraja dalam menenun dijadikan sebuah buku, dan dia pun melakukan workshop yang bertujuan untuk membagikan ilmu yang dia dapatkan kepada rekan-rkannya dan masyarakat Indonesia sendiri yang sebenarnya adalah penerus kultur bangsa ini.

Pemandangan yang begitu ironis, dan mengiris hati, sungguh memalukan. Ini adalah tamparan yang yang sangat keras untuk kita semua sebagai generasi penerus Bangsa Indonesia. Kita yang bertanggung jawab penuh atas kebudayaan kita justru duduk santai melihat tayangan di televisi, kebudayaan kita direnggut oleh bangsa lain. Kebudayaan bangsa kita dipelajari oleh bangsa lain, dan kebudayaan kita yang semakin sirna karena kita sudah jauh meninggalkannya. Kian lama kian sedikit masyarakat Indonesia yang pedula dan mengerti dengan kebuyaan yang kita miliki. Bahkan kita hanya bisa belajar kebudayaan kita sendiri dari orang yang bukan termasuksebagai warga Negara Indonesia. Bila kita sebagai penerus tidak mampu mempelajarinya dan melestarikannya, mungkin kebudayaan yang kita miliki akan menjadi milik bangsa lain. Jangan sampai hal itu terjadi, bangkitlah generasi muda, generasi penerus Bangsa Indonesia. Jangan buang percuma warisan yang ditinggalkan nenek moyang kita, jangan buang keindahan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun