Mohon tunggu...
Esty Fitriningsih
Esty Fitriningsih Mohon Tunggu... karyawan swasta -

coffeelovers, chocoholic, ice cream addict *_*\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fenomena "Berbagi Kebahagiaan" di Media Sosial Menjelang Lebaran

12 Juli 2015   17:50 Diperbarui: 12 Juli 2015   18:05 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

repost fb:

Mau curhat dikit boleh ya? Judulnya curcol tengah malem :-)

Jadi ceritanya..saya ga bisa tidur. Efek kebanyakan tidur tadi siang. Ya begini ini penyakit saya. Tidur siang cuma bentar aja,dijamin malemnya bakalan begadang. Apalagi tadi saya tidur siang super lama. Dari jam 1 ampe jam setengah 5. Wow banget ya.. hasilnya ya bisa dilihat, saya masih melek jam segini. Okee..lupakan soal saya ga bisa tidur. Saya cuma mau cerita dikit, ngeluarin apa yang ada di otak. Yang ga suka silahkan minggir. Yang tersinggung silahkan menyingkir :-)

Berawal dari aplodan salah seorang temen di frenlis salah satu medsos berupa struk transferan sekian juta dengan tag THR, saya jadi tergelitik untuk menulis ini. Fenomena kaya gini sebenarnya banyak, baik yang jelas-jelas aplod gambar, sampe yang sekedar show off lewat curhatan. "abis belanja sekian sekian ni" atau "aku habis sekian juta buat beli ini, boros ngga si bun?", atau "alhamdulillah,makasih THr nya ya sayang" dibarengi dengan aplodan uang tunai atau struk atm.

Saya si posting aja.. Mungkin yang bersangkutan hanya ingin berbagi kebahagiaan saja. Tapi, pernah kepikiran ga si ketika aplod hal-hal seperti itu?mungkin di FL yang bersangkutan ada orang-orang yang untuk makan saja susah?ada orang-orang yang ekonominya tak sebaik si pengaplod? Ada ibu yang bahkan bersedih karena tak mampu memberikan kehidupan yang layak untuk putra/putrinya?Aplodan, curhatan, atau apapun yang mungkin ingin "berbagi kebahagiaan", bisa jadi membuat sedih sebagian orang. Pernah terfikir ngga?aplodan seperti itu bisa jadi menjadikan mereka yang kurang beruntung akan mempertanyakan kenapa hidupnya tak sebaik itu. Lalu, setan akan ngomporin, lama-lama dia menghujat Tuhan atas hidupnya? Kita mungkin ga akan berdosa, tapi secara ga langsung, kitalah yang jadi penyebab kufurnya seseorang akan nikmat Tuhannya. Bukan..bukan karena iri saya menulis ini. Karena hidup saya sendiri berkecukupan (menurut saya) meski tak berlebihan. Allah swt memberi saya nikmat begitu banyak meski bukan materi.

Benar, kita tak bisa mengontrol pikiran orang, kita juga tidak boleh berburuk sangka terhadap orang dan apa yang dia lakukan. Semua balik ke sudut pandang masing-masing. Saya hanya mendengarkan sekeliling saya. Betapa banyak sekali yang bercerita perasaannya ketika ada aplodan/cerita berbagi bahagia seperti itu.

Mungkin yang merasa kekurangan harus lebih berlapang dada, dan yang berlebihan harus lebih berempati :-) semoga yang berlebih tak melupakan zakat dan sedekahnya :-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun