Mohon tunggu...
Esty Fitriningsih
Esty Fitriningsih Mohon Tunggu... karyawan swasta -

coffeelovers, chocoholic, ice cream addict *_*\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Hanya Soal Hati...

23 Juni 2014   15:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:36 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa saat kemarin saya menyempatkan diri untuk pergi ke Toga Mas, salah satu toko buku yang berada di kota tempat saya kuliah. Tujuan awalnya si mau nyari buku yang direferensiin buat kuliah e-government yang ada di semester ini.

Saya sampai di toko itu sekitar jam 4 sore, setelah selesai aerobic di Permata Fitness Center. Setelah ku tanyakan pada mba – mba penjaga toko, ternyata buku yang kuinginkan sudah habis.

Daripada saya pulang tanpa bawa hasil, saya putuskan untuk berkeliling ke sudut – sudut toko buku Toga Mas untuk mencari mungkin ada buku yang bisa ku beli. Sampai di salah satu sudut toko, saya menemukan sebuah novel yang cukup membuat keinginanku untuk membeli muncul..

Setelah membaca synopsis novel tersebut, matsaya kembali jelalatan. Sampailah pandanganku ke sudut bawah rak buku di depanku. Masih satu rak dengan novel yang masih kupegang, saya menemukan satu judul buku yang terselip di sudut bawah rak. Sederetan dengan buku – buku,hmm..kategori apa ya? Kaya semacam buku – buku sentilan pada kehidupan sehari – hari isinya.

Selanjutnya bisa kalian tebak, saya mengambil buku tersebut. Buku yang ga akan pernah saya sesali telah membelinya. Judul bukunya sederhana “Ah,Tuhan sayang padaku,kok..(The Chronicle of Theng Crenthel)”. Buku ini berisi tulisan – tulisan ringan dari seorang Edi Mulyono, penulisnya yang mengisahkan kejadian – kejadian yang dialami dalam kehidupannya. Tulisan yang sederhana dan apa adanya, tapi benar – benar menyentil keberadaanku sebagai  seorang manusia yang multi sebutan. Hamba Tuhan, khalifah di bumi, makhluk yang berakal, agent of change dan sebagainya. Semua tulisannya menggugah kembali pikiran, apa esensi kita hidup di dunia. Bagaimana mungkin mengatakan Tuhan sayang pada kita tanpa kita mau mengorbankan sedikit waktu, tenaga, harta atau apapun yang kita miliki.

Salah satu tulisannya yang sekarang ini jadi bahan posting di akun yang kumiliki berjudul “ini (hanya) soal hati kok..”. Kira – kira isi tulisannya seperti yang ada di bawah ini, dan saya berharap akan berguna bagi siapapun yang menyempatkan diri untuk membaca post ini.

Pesan utama dari kisah yang tertulis yang membandingkan segala masalah hidup yang terjadi pada setiap diri kita,siapapun anda, dalam skala masalah apa pun, laksana garam. Segenggam garam, segenggam masalah hidup, bila dicampurkan ke sebuah gelas berisi air, maka air itu rasanya pasti akan getir, pahit sekali. Tapi bila dicampurkan ke sebuah telaga, segenggam garam tersebut tak akan mampu mempengaruhi rasa segar air telaga itu saat diminum.

Garamnya tetap sama, segenggam itu. Masalah hidupnya, hidupmu, hidupku tetaplah sama, segenggam itu. Tapi mengapa rasanya berbeda sekali bila dicamputkan dengan air dalam sebuah gelas dan sebuah telaga? Ya, jawabannya adalah gelas dan telaga itu adalah wadahmu, hatimu, jiwamu. Semakin kecil hatimu, masalah apa pun walaupun hanya segenggam sekalipun akan menjadikan dirimu dan hidupmu terasa begitu getir, malang, nista, prahara, binasa. Semakin kamu mengecilkan hatimu sebagai wadah hidup maka akan semakin menyiksa rasa hidup yang kita miliki. Sebaliknya masalah apa pun yang mendera hidup kita bila wadah yang kita miliki luas, hati akan menjadi luas, jiwa juga menjadi luas, dan kita ga akan tergoyahkan sedikit pun oleh pahitnya garam masalah itu.

Satu hal yang paling prinsipil, yang menjadi pembeda antara seorang yang memiliki kapasitas hebat dengan mereka yang memiliki kapasitas kerdil adalah saat mereka menghadapi setiap masalah hidupnya. Cara kita mengatasi sebuah permasalahan, itulah yang menjadi kualitas personal kita. Masalah boleh sama, ukurannya boleh segenggam, sama pahitnya, namun pasti ada penyikapan yang berbeda dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan tersebut. Itulah letak perbedaan saya, kau, dan dia. Keleluasaan hati yang kita miliki akan menjadi penentu apakah kita akan mampu bersikap positif terhadap kehidupan kita sendiri. Keleluasaan hati itulah yang akan mampu membuat kita mensyukuri semua yang terjadi, entah itu anugerah ataupun masalah.

Sebagai seorang muslim, saya teringat sesuatu yang pernah saya baca. Setiap manusia pasti memiliki masalah yang dihadapi, satu masalah hilang, muncul masalah selanjutnya. Serupa lingkaran, masalah yang dihadapi manusia. Tetapi, bukankah Allah SWT telah mengatakan dalam firman Nya mengenai ujian yang akan dihadapi seorang manusia?

Sekedar merefresh saja teman, berikut ada beberapa hal yang mungkin kita lupakan, termasuk olehku yang sering lupa dan lalai..

ØKenapa kita diuji?

Jawabannya terdapat pada QS. Al Ankabut ayat 2-3 yakni :

2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

3. dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

ØKenapa kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan?

Jawabannya ada pada QS. Al Baqoroh ayat 216 :

216. diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

ØKenapa ujian menjadi seberat ini?

Jawabannya ada pada QS. Al Baqoroh ayat 286 :

286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."

ØFrustasi??

Ingatlah pada QS. Ali Imron ayat 139 :

139. janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

ØBagaimana kita menghadapinya?

Lihat jawabannya pada QS. Al Baqoroh ayat 45 dan QS. Ali Imron ayat 200:

45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

200. Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.

ØJika tak bisa bertahan?

Jangan lupakan QS. Yusuf ayat 87 dan QS. An Nissaa ayat 86 :

87. Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

86. apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.

ØKepada siapa kita berharap?

Lihat QS. At Taubah ayat 129

129. jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya saya bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung".

ØApa yang kita dapatkan jika kita mampu melewatinya?

Ingatlah QS. At Taubah ayat 111

111. Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.

Bagaimana dengan kalian? Ternyata Allah SWT telah memperhitungkan dengan cermat apa – apa yang terjadi kepada hamba Nya. Sebesar apapun masalahnya, maka penyelesaiannya tergantung kepada masing – masing individu. Saya mungkin bukanlah seorang hamba yang baik, saya sering lalai (atau sengaja melalaikan?), lupa (atau sengaja melupakan?), tidak mau tahu dan sederet kealpaan lainnya, tapi saya bahagia dengan apa yang saya miliki. Apa yang telah Alloh SWT berikan kepada saya telah lebih dari cukup untuk membuat senyum pertanda saya merasa bahagia. Saya mungkin tak berlebih secara materi, tetapi saya bahagia saya masih diberi kesehatan. saya mungkin tak terlahir dari keluarga yang berpendidikan tinggi, berpangkat dan berjabatan tinggi ataupun berkuasa, apalagi latar belakang social keningratan, tapi saya bahagia memiliki kedua orangtua yang memperhatikan, menyayangi, yang bersedia melakukan segalanya demi kebahagiaan putrinya. Saya bahagia memiliki adik yang memahami, menyayangi saya sebagaimana saya menyayanginya, yang bersedia menunda keinginannya demi kebutuhan saya. Saya bahagia memiliki saudara dan sahabat yang benar – benar ada kala saya membutuhkannya.Dan, Dia pun mengirimkan lelaki terbaik yang kini jadi suami saya. Lelaki yang membuat saya belajar lebih tentang kehidupan. Saya mungkin tak mampu mendapatkan segala yang saya inginkan, tapi saya beruntung karena Dia selalu memberikan apa yang saya butuhkan dan selalu yang terbaik untuk saya..

Sekarang, tinggal bagaimana cara membalas  semua yang Ia berikan untuk saya..meskipun saya tahu, tanpa saya membalas, tanpa saya beribadah, tanpa saya memohon, tanpa saya memuja Nya, semua takkan mengurangi kesempurnaan Nya sebagai Sang Maha Segalanya..

Alhamdulillah,,atas segala yang telah diberikan..

Inspirated from “Ah..Tuhan sayang padaku, Kok..” yang ditulis Edi Mulyono

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun