Mohon tunggu...
Esti Estiarati
Esti Estiarati Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis untuk Menikmati Hidup

Hai, menurut saya kehidupan kita di dunia ini ibarat sebuah roda yang sedang berputar. Saat berada di atas ,atau di bawah, gembira atau sedih, sehat atau sakit, semua itu adalah bagian yang akan kita hadapi, tak peduli siapa dia. Tetaplah tenang, dan jangan berlebihan. Mari kita berbagi lewat tulisan.. karena saya seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kota Depok, senang membaca dan menyanyi buat suami dan anak, dan sangat membutuhkan ilmu dan wawasan yang bermanfaat. Semoga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cukup Air Putih atau Teh Tawar

25 Desember 2014   04:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:30 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lebih sehat membawa minuman dari rumah

Kesehatan keluarga adalah hal yang paling penting bagi kami. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana menjaga kesehatan itu, menjauhinya dari penyakit akibat mengkonsumsi air minum yang tidak sehat. Jenis air minum yang tidak sehat, bukan hanya untuk air yang kotor karena terkontaminasi penyakit atau zat-zat berbahaya. Tetapi air minum yang sehat juga bagi keluarga kami, adalah air murni, bebas dari gula dan zat pengawet lainnya. Contoh air sehat adalah air putih atau teh tawar. Karena kita perlu minum setiap waktu, maka air minum yang sehat perlu selalu tersedia di rumah. Tetapi sehat di rumah, belum tentu sehat di luar. Adalah kenyataan yang kami temukan bahwa air minum yang banyak dijual adalah air yang kandungan gulanya tinggi. Sebut saja, dari berbagai jenis minuman teh yang ada, hampir semuanya manis. Demikian juga dengan jenis minuman sirup dan lain sebagainya. Kondisi ini berkebalikan dengan jenis minuman yang ada di Jepang.

Kebanyakan jenis minuman teh yang dijual justru memiliki rasa yang tawar. Kami heran, minuman teh manis sangat jarang ditemui. Dari sepuluh jenis, mungkin hanya satu saja yang rasanya manis, itupun tidak terlalu manis. Rasa minuman jus yang dijual pun memang sedikit asam manis sesuai dengan buah aslinya. Hal ini membuat kami berkeyakinan, mengapa orang Jepang khususnya dari kalangan anak-anak jarang yang bertubuh gemuk. Berbeda dengan kita, jumlah anak-anak yang obesitas semakin meningkat dari tahun ke tahun, berdampak pada semakin tingginya prediksi angka penderita diabetes di tanah air. Tahun 2013 Indonesia masuk peringkat tujuh penderita diabetes terbesar di dunia, kini meningkat menjadi lima tertinggi di dunia dan sebanyak 70% orang Indonesia tidak sadar dirinya kena diabetes *). Menurut kami, salah satu penyebabnya adalah pola makan dan minum yang tidak sehat. Orang Indonesia sangat menyukai teh manis setiap harinya atau jenis minuman lainnya yang rasanya sangat manis itu. Bayangkan jika kita mengkonsumsinya sejak kecil. Anak-anak kita, bisa jadi setelah dewasa barulah ketahuan terkena diabetes, Adapun peningkatan penderita diabetes ini, tentu akan menghambat pembangunan kesehatan di tanah air.

Menyadari hal tersebut, kami sekeluarga berupaya untuk menghindari minuman yang manis dan keberadaan air mineral siap pakai cukup membantu kami untuk mendapatkan air putih yang sehat. Atau, kita bisa memasak terlebih dahulu air yang sumbernya dari air tanah di rumah dengan cara yang tepat, hingga mendidih beberapa saat dan siap dikonsumsi. Ada baiknya pula kita mengecek kondisi air tanah kita ke laboratorium terdekat.

Untuk menjaga kesehatan keluarga, anak-anak kami setiap harinya selalu membawa bekal dan minuman dari rumah. Isinya air putih atau teh tawar. Tidak pakai gula. Bukan sirup. Yang ini adalah berdasarkan pengalaman kami sewaktu tinggal di Jepang, bahwa anak-anak harus membawa botol minuman dari rumahnya. Uniknya, ada larangan dari pihak sekolah jika membawa minuman manis apalagi sejenis sirup. Cukup omizu (air putih) atau ocha (teh) tawar saja. Rasanya lebih segar dan menyehatkan. Bagaimana dengan Anda?

*) www.tempo.co

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun