Mohon tunggu...
Esti Estiarati
Esti Estiarati Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis untuk Menikmati Hidup

Hai, menurut saya kehidupan kita di dunia ini ibarat sebuah roda yang sedang berputar. Saat berada di atas ,atau di bawah, gembira atau sedih, sehat atau sakit, semua itu adalah bagian yang akan kita hadapi, tak peduli siapa dia. Tetaplah tenang, dan jangan berlebihan. Mari kita berbagi lewat tulisan.. karena saya seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kota Depok, senang membaca dan menyanyi buat suami dan anak, dan sangat membutuhkan ilmu dan wawasan yang bermanfaat. Semoga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rahasia Utang Ibu

6 Desember 2020   10:28 Diperbarui: 6 Desember 2020   10:35 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1. Hendaknya setiap pasangan mengkomunikasikan permasalahan keluarga dengan cara bijaksana. Jangan takut-takut, selama itu baik. 

2. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, jika mampu, para suami harus memberikan nafkah uang belanja yang cukup untuk para istri. Jika tidak  

    mampu, sampaikan  dengan cara baik-baik dan tidak bersikap masa bodoh dengan persoalan istri/keluarganya.

3. Berhutang itu diperbolehkan untuk kondisi darurat. Tetapi tidak boleh dijadikan kebiasaan. Terutama jika persoalan tersebut masih bisa  

    diselesaikan bersama. 

Masalah seperti ini sebaiknya tidak dianggap remeh, karena berdasarkan survey, penyebab tertinggi perceraian disebabkan karena ketiadaan komunikasi yang baik. Berikutnya adalah masalah ekonomi, perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, dan seterusnya.

Aku pribadi banyak mendapatkan pelajaran dari kehidupan Ibuku selama ini, bahwa menurutku, Ibu adalah sosok  yang paling sabar! Sabar menghadapi Bapak dan sabar dalam mendidik anak-anaknya. Beliau taat pada suaminya dan  tidak pernah memarahi atau membentak kami. 

Namun Ibu manusia biasa, bukan malaikat. Ada sisi-sisi kemanusiannya yang membuat dirinya tidak sempurna. Jiwanya bisa lemah, tidak punya keberanian untuk berterus terang dan mau mengorbankan perasaannya demi keluarga. Maka, karena kondisi seperti ini, janganlah kita membuatnya semakin lemah. Berempati dan telusuri perasaannya, apakah engkau bisa? Jawabnya, tidak semudah itu. Seorang Ibu biasanya enggan menyampaikan keluhannya, apalagi kepada anak-anaknya. Betul demikian, bukan? 

Ibu, sebenarnya apa yang engkau cari? Kebahagiaan anakmukah, yang engkau harapkan? Iya betul, jawabnya. Aku terheran-heran hingga kini, saat anak-anaknya sudah dewasa sekalipun, dirimu masih selalu ingin membantu sekuat tenaga, sebisanya..kalau perlu berhutang untuk anaknya! Oh Tuhan, berhutang lagi? Ibu , tidak lelahkah dirimu? Kini kami sudah dewasa dan memiliki pekerjaan. Biarkan kami selesaikan persoalan ekonomi kami. Ibu tenang saja, ya? Doakan saja kami, Ibu..

Ibu tidak menyerah. Beliau belum tenang  jika melihat anaknya mengalami kesusahan. "Nak, mau ibu pinjamkan ke Pamanmu, ya?"ucap Ibu kepada salah seorang adikku yang terkena dampak pandemi dari sisi ekonominya.

Mendengar cerita Ibu seperti ini, aku hampir menyerah deh, untuk bisa menyelami perasaan Ibu. Sudahlah dulu pernah mengalami kesulitan karena berhutang..kukira kau jera, tetapi rupanya tidak untuk anaknya! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun