Kerokanisme. Istilah ini terdengar aneh sekaligus keren juga untuk sebuah warisan pengobatan tradisional yang biasa kita sebut kerokan. Orang di pedesaan hingga perkotaan, sudah terbiasa melakukan kerokan . Jika sedang meriang atau masuk angin, sakit kepala, yang teringat pertamakali adalah kerokan ini. Kalau sudah sampai merah hasil kerokannya, rasanya puas dan lega, seolah yakin meriangnya akan hilang sebentar lagi. Dan memang benar juga lho, banyak orang yang sudah merasakannya, termasuk diriku.
Kerokan akhirnya menjadi kegiatan yang menyenangkan dan dinanti-nanti. Sedikit-sedikit, dikerok. Tidak enak badan, kecapekan, flu dan pegal-pegal, belum afdhal kalau belum kerokan. Bagiku, boleh-boleh saja, daripada sebentar-sebentar ke dokter yang sudah barangtentu kita akan diberikan obat. Silahkan saja, ke dokter juga baik. Tetapi akan lebih baik kalau kita coba obati diri kita sendiri terlebih dahulu, sebelum ke dokter. Selain itu akan lebih berhemat, bukan? Hanya bermodal uang logam dan Balsem Lang, kerokan bisa dilakukan kapanpun. Pengobatan yang praktis dan ekonomis.Â
Sejak remaja, aku selalu merasakan nyeri haidh yang sangat tidak menyenangkan. Haidh datang teratur setiap bulan, dan selama itu pula secara teratur, aku harus merasakan penderitaan, nyeri haidh dan mual setiap bulannya. Sungguh tidak menyenangkan. Usaha berobat ke dokter, mengkonsumsi daun dan ikan jenis ini itu yang kata orang bisa menghilangkan nyeri datang bulan, sudah kulakukan. Tetapi nyeri haidh itu tetap datang. Kadang, obat penahan nyeri yang kuminum, kumuntahkan kembali. Tubuhku menolak, hiks. Taihen alias Repot, kata orang Jepang.
Aku terpaksa sering mengalami kerugian akibat penyakit ini. Beberapa kali nyeri datang disaat-saat penting. Pertama, saat aku sedang mengantri melakukan pendaftaran di sebuah universitas di kotaku. Di tengah situasi yang ramai, tiba-tiba si dia datang. Tak tahan, aku keluar barisan dan dituntun ke klinik mahasiswa disana. Lumayan jadi tontonan orang, aku tidak peduli. Yang kuinginkan saat itu sebenarnya ingin segera pulang ke rumah saja. Di rumah tentu aku leluasa untuk berguling-guling dan menangis menahan sakit dan mual haidh ini.Â
Begitulah, bukan hanya nyeri, tetapi juga mual. Oh aku kesal sekali dengan kondisi seperti ini karena pasti akan berulang dari bulan ke bulan. Saat piknik, berbelanja dan bekerja, nyeri haidh sering mengganggu. Rencana jalan-jalan bersama teman, hancur berantakan karena aku tidak bisa berangkat akibat sakit datang bulan, Dalam sebulan, ada saja satu hari aku tidak pergi ke sekolah dan begitu juga saat bekerja di kantor. Bosku sampai maklum dan mengerti keadaanku hingga cuti haidh diperbolehkan.Â
Usahaku untuk bisa mengurangi nyeri haidh terus kulakukan, diantaranya dengan banyak sharing dan bertanya kepada teman-temanku yang mengalami kondisi sepertiku ini. Kudapati saran yang berbeda-beda. Mulai dari anjuran mengkonsumsi kunyit, minum air putih yang banyak, berolahraga dan lain-lain. Beberapa merasakan cocok dengan cara ini. Tetapi tidak dengan diriku. Hampir putus asa rasanya.Â
Buat yang belum pernah merasakan nyeri haidh, mungkin aku dianggap berlebihan. Aku dianggap orang yang payah, lemah, tidak bisa menahan nyeri begitu saja. Tidak, aku hanya ingin penderitaan ini ada solusinya. Hingga akhirnya aku bertemu dengan kenalan lama. Dia bercerita tentang kebiasaan kerokannya untuk berbagai gejala penyakit yang pernah dialaminya. Aku penasaran, karena cara seperti ini belum pernah kucoba. Meski kenalanku tidak menyebutkan kerokan untuk mengobati nyeri haidh, akhirnya kucoba juga kerokan ini. Nyeri haidh datang, aku dikerok. Tidak mempan juga, tetap kondisiku sama saja. Hingga pada akhirnya di bulan berikutnya, sehari sebelum datang haidh, mengapa rasanya aku ingin kerokan. Jadilah kerokan itu aku lakukan. Besoknya, aneh tapi nyata, aku tidak mengalami nyeri haidh dan mual lagi!! Ini pengalaman pribadiku lho, bahwa untuk menghilangkan nyeri dan mual haidh, keroklah punggung sehari sebelum haidh dan nyeri itu datang. Jangan tunggu nyeri datang baru kerokan, yang ini tidak akan berhasil. Rutin, akhirnya teknik pengobatan tradisional ini aku lakukan menjelang datang bulan. Pekerjaankupun bisa berjalan dengan lancar.
Kubersyukur, karena dengan begitu, aku hanya perlu memperkirakan kapan jadwal datang bulan berikutnya, yang Alhamdulillah memang selalu datang secara teratur. Aku lega dengan teknik kerokan ini, ternyata punya jasa yang besar dalam hidupku. Terus terang saja, rasanya aku ingin berterima kasih kepada orang-orang terdahulu, leluhur Bangsa ini, yang telah mewariskan metode pengobatan yang manjur bagi kami. Kepada Balsem Lang, teruslah berkarya untuk negeri ini, untuk terus menghasilkan produk yang bermutu tinggi, sebagai alternatif penawar penyakit yang sulit diobati seperti masalah nyeri haidhku ini. Entahlah, jika tidak kukenal istilah kerokan ini, mungkin hingga kini aku masih harus mengalami nyeri datang bulan setiap bulan. Sepanjang hidup? Tentu saja aku tidak mau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H