Berusaha Memahami
Harga LPG 12 kg akan naik lagi? Wah terus terang kami baru tahu lho. Mengapa harus dinaikkan? Pertanyaan seperti ini tentu sudah banyak beredar di tengah masyarakat, khususnya para ibu rumah tangga, yang notabene adalah pemakai rutin elpiji untuk keperluan memasaknya. Harga LGP 12 kg akan naik? Terbayang sudah, pasti akan ada kenaikan harga lainnya. Sungguh aneh tapi nyata, kami para ibu rumah tangga justru bukan hanya memikirkan kenaikan harga LPGnya ini, melainkan juga sibuk memikirkan harga kebutuhan pokok lainnya. Akankah akan mengalami kenaikan juga?
Antara Mengetahui dan Memahami
Ini dia masalahnya, umumnya kita hanya sekedar mengetahui sebuah informasi, tanpa merasa perlu untuk memahami lebih mendalam. Sudah banyak orang yang mengetahui sebuah informasi, tetapi seberapa banyak yang sudah memahaminya? Padahal antara sekedar tahu dan paham berbeda maknanya. Orang yang sudah paham, dia akan mudah menerima sebuah keputusan karena dilandasi dengan ilmu dan bukti yang meyakinkan, lengkap dengan data-datanya, misalnya mengenai adanya hasil Rekomendasi BPK terhadap Kerugian Elpiji non subsidi ini.
Apa komentar masyarakat jika sampai taraf mengetahui saja?
Begitulah, mungkin Pertamina akan kembali dituding sebagai BUMN yang tidak becus mengurusi minyak dan gas. Berbagai alasan pun mungkin tidak dengan mudah diterima masyarakat, apalagi dengan alasan kerugian?
Karena itu, Pertamina harus mengkomunikasikan alasan ini dengan baik, meski dikatakan bahwa pengguna LPG 12 kg ini kebanyakan menengah ke atas, namun bukan berarti mereka tidak mempermasalahkannya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin kritis pemikirannya. Ada baiknya Pertamina mensosialisasikan rencana ini dengan transparan dan tepat sasaran. Saya pribadi baru mengetahui beberapa alasan Pertamina ingin menaikkan harga LPG 12 kg ini dari lomba ini saja. Bagaimana dengan yang lain? Kalau perlu Pertamina meminta maaf kepada rakyat Indonesia -lewat berbagai media-, perihal rencana kenaikan ini, seperti yang biasa dilakukan Pemerintah/Pengusaha Jepang, ketika kami berkesempatan tinggal di Jepang beberapa tahun lalu. Kami merasa aneh, ketika berkunjung ke sebuah supermarket, semua karyawannya mengatakan ‘maaf’ seraya merendahkan diri, karena beberapa barang yang dijualnya mengalami kenaikan harga yang sebenarnya tidak terlalu signifikan. Konsumen benar-benar dihargai.
Budaya maaf selayaknya dibiasakan mulai dari level terendah hingga Penentu Kebijakan Negeri ini. Dengan harapan beban masyarakat akan sedikit terobati dengan ungkapan maaf ini. Tidak terlalu berlebihan bukan?
Berusaha memahami. Mungkin itu saja yang harus kita tanamkan agar tidak mengalami kekecewaan terus menerus. Sebagai balasannya, Pertamina harus memperbaiki kinerjanya agar lebih professional dan sebagai sama-sama anak bangsa, janganlah kenaikan ini dijadikan alat untuk mencari keuntungan diantara kesempitan yang ada. Dari pengalaman sebagai konsumen setia LPG 12 kg selama bertahun-tahun, sering kami jumpai tabung gas yang diterima dalam keadaan tidak bagus/berkarat dan expired datenya sudah melewati batas yang tertera. Kalau sudah seperti ini, biasanya kami meminta ditukarkan. Namun bagaimana dengan konsumen lain yang tidak paham masalah ini? Ah, pantas saja sering terjadi kebakaran akibat tabung gas yang meledak! Kiranya pengawasan perlu dilakukan hingga ke tingkat pengecer.
Semoga bisa dipahami. Bukan hanya kita, Pertamina juga harus memahami kami, keinginan konsumennya seperti contoh diatas tadi, hingga kami ridho dengan keputusan kenaikan ini.
Kepada warga masyarakat, saya hanya bisa menghimbau untuk berbaiksangka kepada keputusan ini, meski tidak enak, tetapi yakinlah ini demi kemajuan bangsa kita juga. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H