Mohon tunggu...
Esti Aristiana Sukmawati
Esti Aristiana Sukmawati Mohon Tunggu... Lainnya - Pegawai biasa yang hobi travelling, trekking, nyobain kuliner lokal, dan belajar sejarah

Outdoors mania, Nature enthusiast, Hobi jalan-jalan mengamati people, places and dishes. Kadang nulis-nulis juga kalau sempat, di blog-ku https://estidamardjati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mengenal Tanjak di Museum Batam Raja Ali Haji

25 Maret 2023   14:30 Diperbarui: 25 Maret 2023   14:33 1721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanjak Dendam Tak Sudah/Dokumentasi pribadi

Ketika kembali berada di Kota Batam, Aku merasa sayang untuk melewatkan kesempatan bertandang (kembali) ke Museum Batam Raja Ali Haji, yang letaknya persis di depan hotel tempatku menginap. Kalau tahun kemarin museum itu belum dibuka sepenuhnya (karena dampak pandemic), tahun ini sudah full terbuka untuk umum. 

Dan kali ini, bukan kunjungan biasa, karena Aku membawa misi memperkenalkan Museum Kretek dan Museum Situs Purbakala Patiayam yang ada di Kudus. Sambil membawa booklet dan brosur-brosur, pagi-pagi sebelum jaga di stan pameran, Aku dan seorang teman mendatangi Museum itu.

Lumayan, kunjungan kali ini Kami dipandu oleh seorang petugas (tahun kemarin karena bukanya setengah-setengah, jadi tidak disediakan petugas yang mendampingi). 

Dari petugas itu, Kamipun mendapatkan beberapa penjelasan, salah satunya tentang tiga pohon beringin yang tumbuh di Bundaran Badan Otorita Batam di Jalan 

Dataran Engku Putri. 

Pohon-pohon itu ternyata ditanam oleh Presiden Soeharto, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad, dan Perdana Menteri Singapura Lee Kwan Yeuw. Penanaman itu adalah simbol kesepakatan kerjasama antara ketiga Negara Singapura, Johor, dan Riau (Sijori), sebagai growth triangle. 

Hmm... sebenarnya kalau diamati fisik beringin itu tidak sesuai dengan usianya yang sudah sekitar 30-an tahun, masih kelihatan imuuutt (mungkin karena tanah Batam tidak terlalu cocok untuk tanaman itu ya...).

Nah, sekarang kembali ke judul tadi...

Di sebuah ruangan di Museum Raja Ali Haji, dipajang berbagai model tanjak, alias penutup kepala khas Melayu. Oh, iya... masjid di Bandara Hang Nadim bentuknya juga menyerupai tanjak ini, makanya disebut Masjid Tanjak.

Jadi ingat juga ketika Upin dan Ipin menjadi Hang Upin dan Hang Ipin, mereka pakai tanjak juga, untuk penutup kepala, kan? Tapi rupanya, menurut mas pemandu tadi, ada perbedaan cara pemakaian tanjak. 

Dalam kondisi biasa, simpul berada di atas telinga kanan. Sendangkan dalam kondisi siap siaga, simpul berada di antara kepala belakang dan telinga. Dalam kondisi perang, simpul berada di belakang kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun