K-Pop tampaknya masih mewabah dimana-mana (baca:Indonesia). Setelah wajah cantik dan rupawan yang menarik hati, gerak tari yang dicopas oleh sejumlah boyband tanah air, kini ada sebuah wabah baru dengan corak berbeda. Gaya tari ala mengendarai kuda bernama Gangnam Style.
Saya pribadi bukanlah penggemar Korean style. Masih berusaha mencintai Indonesia, dengan segala kerumitannya. Mau diliat jeleknya, pasti akan keliatan dimana-mana. Tapi soal kebaikan, itu harus diusahakan agar menjadi tugas utama masing-masing dari kita. Jangan terus-terusan mengandalkan orang lain, terutama pemerintahyang masih repot dengan skandalnya.
Saya tidak bisa menari Pendet, Legong, Gambyong, Saman, ataupun jenis tari lain dari berbagai wilayah di Indonesia yang maha kaya raya ini. Tapi kalo melihat flash mob yang menarikan Gangnam Style lebih bingar daripada budaya sendiri, jadi geleng-geleng kepala.
Grup musik Psy, yang menyanyikan dan mempopulerkan lagu dan gerak tari Gangnam Style ini, sudah berkarir di dunia musik Korea selama 12 tahun. Gerak tari yang bergaya ala horse rider dengan tali lasonya ini merupakan salah satu gaya grup musik yang memang dikenal nyeleneh dan unik. Mereka mungkin ga sekeren boyband Super Junior (Cuma itu yang saya tau, hehe..). Patut diacungi jempol bahwa Psy bisa popular dengan memperkenalkansebuah trend baru tanpa melulu mengandalkan wajah rupawan ala boyband lain (yang rata-rata hasil dari operasi plastic).
Ananda Omesh, si host Indonesia Mencari Bakat itu, bilang bahwa itu factor luck. Waduh, 12 tahun itu bukan waktu yang sebentar lho, untuk bisa eksis pada sebuah profesi, apalagi artis. Ibaratnya anak, dia uda mo lulus SD. Jika Psy kemudian beken di Amrik, lalu dikontrak oleh dua perusahaan musik dari dua negara berbeda, itu juga bukan hasil kerja semalam. Semua kerja keras akan mendapatkan rewardnya masing-masing. Yang kita tak tahu adalah, rentang waktu antara kerja keras dengan reward yang akan kita dapat sesuai dengan harapan. Seperti kata motivator Andrie Wongso, tak ada kebetulan di dunia ini. Semua keberhasilan dicapai dari kerja keras. Berhasil bukan karena tidak pernah gagal, tapi bagaimana dia sanggup bangkit setelah menemui kegagalan.
Omesh mengatakan lagi, bahwa pencapaian Psy hingga menembus pasar bule itu layak dicontoh, karena selama ini Asia dianggap remeh oleh mereka. Helooooo, remeh dari mana ya? Apa dia ngga tau kalo bicara Asia itu juga menyangkut Jepang dan China. Sudah tau semua kan, bagaimana dengan gagahnya Jepang bangkit kembali setelah terserang tsunami. Sudah tau juga kan berapa juta mainan diproduksi di China setiap harinya dan bagaimana mereka ikut berperan dalam berbagai sendi perekonomian dunia. Bahkan di Amrik sekalipun ada komunitas orang China yang bertahan juga kan. Apa ga ingat kalo Lady Gaga kecewa berat ga bisa konser di Jakarta, seperti juga para little monster penggemar fanatiknya. Kunjungan maupun konser ke suatu Negara pasti mempunyai misinya masing-masing. Dan Negara kita ini, yang kaya akan keanekaragaman hayati, kebudayaan, sekaligus penuh dengan segala kerumitannya, adalah salah satu negara yang sering diobok-obok oleh Negara lain.
Kembali lagi tentang Psy and all about Korea, yang akhirnya mendulang sukses hingga Indonesia. Bahkan, lihat di gambar di atas, ada instruktur tari ala Gangnam Style. Dia lagi laris-larisnya pasti, melengkapi maraknya Korean Wave di tanah air. Maklum aja sih, kalo ada trend tarian seperti halnya Norman Kamaru, yang pernah beken sesaat karena persis menirukan gaya Shahrukh Khan menari dan menyanyi.
Kapan ya tari Kecak ato tari energik lain bisa jadi trend kayak gitu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H