Beberapa bulan lagi, di Indonesia akan di adakan pemilihan umum untuk mencari Pemimpin-pemimpin baru. Suka ataupun tidak suka, semua warga Indonesia akan berada di bawah kepemimpinan Pemimpin yang baru itu, entah dia golput ataupun ikut untuk memilih. Di mediapun telah marak di kumandangkan sosialsasi pemilu dengan berbagai kegiatan, calon-calon Presiden ,simulasi keamanan, dan pernak-pernik politik lainnya. Bagi beberapa orang yang tidak tahu politik,ataupun yang tidak mau tahu, Â ataupun yang tahu tetapi sudah patang arang, berita ini menjadi hal yang biasa dan tidak menarik perhatian mereka, sehingga beberapapun akan tetap memilih untuk golput, karena siapapun yang menjadi Pemimpinnya tetap tidak dapat memberikan sesuai harapan.
Bagi saya sendiripun,sebetulnya tidak peduli siapa yang akan menjadi Pemimpinnya, namun setelah saya mendengar perbincangan dari beberapa orang yang gencar memberikan pemahaman tentang politik yang benar, supaya orang-orang awampun sadar politik walaupun tidak berkecimpung di politik dan berusaha untuk memilih dengan pemahaman yang cerdas tanpa transaksional, siapakah yang akan di pilihnya itu , perbincangan itu mulai menarik perhatian saya. Ada benarnya juga, bila kita apatis dan memilih untuk golput, maka yang akan menang adalah sekelompok pemimpin yang tidak benar karena yang menang suara adalah dari orang-orang yang tidak cerdas memilih. Seperti terjadi di negara Jerman waktu itu, di mana Hitler terpilih karena banyak orang yang benar tidak memilih. Ngeri juga ya memiliki Pemimpin yang sadis.  Sayapun setuju dengan orang-orang yang berusaha  menyadarkan orang untuk paham politik, supaya tidak tertipu dengan orang-orang yang tidak beritegritas dan menyalah gunakan wewenang mereka sehingga memberi kesan bahwa politik itu kotor atau negatif. Politik akan bermanfaat positif apabila di jalankan oleh orang-orang yang terpanggil ,bertanggung jawab dan melakukan amanat dengan visi yang benar ,cerdas dan jujur.
Ternyata banyak juga orang-orang yang telah menjadi apatis dan kecewa melihat ulah Pemimpin-pemimpin di Indonesia ini, sehingga merekapun tidak mau lagi membuang waktu mereka untuk ikut antri untuk memilih. Begitulah yang saya dengar dari beberapa komentar orang-orang mengenai pemilu yang akan terjadi beberapa bulan lagi. Â Bila mendengar berita di media, angka kemiskinan telah melonjak lebih tinggi di banding tahun -tahun lalu, meskipun angka ekonomi ada lonjakan, tetapi hanya di kalangan tertentu saja, dengan demikian kesejahteraan rakyat tidak merata luas, di tambah dengan terjadinya berbagai bencana di mana-mana yang mengakibatkan harta benda lenyap dalam sekejap bahkan nyawapun dapat menjadi korban. Memang sebagian orang tertentu merasakan keuntungan dalam pesta pemilu tetapi sebagian orang telah menjadi alergi, menurut mereka menambah kerugiaan dan derita saja. Mereka menganggap bahwa uang rakyat telah di rampok untuk kepentingan partai dan pribadi para Pemimpin di Indonesia.
Tahun 2014 ini benar-benar di harapkan yang akan terpilih nanti adalah orang-orang yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang kredibel, jujur, berani menjalankan kebenaran dengan adil dan mampu membentuk kerja sama yang utuh satu sama lain sehingga tidak ada celah untuk pemimpin yang dapat menyalah gunakan jabatan dan wewenangnya untuk kepentingan diri sendiri maupun partainya saja, sehingga keseimbangan di berbagai aspek kehidupan akan terwujud dengan harmoni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H