. Jokowi menjadi perhatian internasional. Berbagai media internasional tidak henti-hentinya meliputnya sebagai pemimpin yang “bottom up”, melihat persoalan rakyat dari dekat untuk kemudian mengambil keputusan governmental untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat. Cara kerja seperti ini jarang terjadi di Indonesia. Yang pemimpinnya biasa menganalisa persoalan masyarakat dari TV, CCTV, helikopter, hingga mobil anti peluru. Melihat masyarakat miskin sebagai data dan angka kemiskinan, bukan sebagai manusia. Apakah cara ini bisa menyelesaikan persoalan? Bisa. Namun tidak menyentuh masyarakat. Dalam situasi harga pangan melambung akibat korupsi agrikultur yang menggila, intoleransi yang ditrigger kesepakatan para menteri, terorisme yang muncul ke permukaan, wakil-wakil rakyat yang ditangkap KPK, hukum yang diperjual belikan, presiden yang launching lagu baru dan mensomasi rakyatnya sendiri. Ujug-ujug datang Jokowi. Mak blug ada di Jakarta. Seorang tukang mebel yang jadi Gubernur DKI. Yang memanusiakan rakyat. Tidak sekadar melihat rakyat sebagai data kemiskinan. Melihat persoalan dengan blusukan ke kampung-kampung. Tidak sekedar mengkritisi dan menunda APBN hingga bencana selesai, sambil duduk di kursi seharga 24 juta. Membuat Jokowi menjadi sosok yang memberi harapan tidak hanya bagi masyarakat Indonesia, tapi juga internasional. Masa jabatan Jokowi yang baru satu tahun, menarik perhatian internasional. Para utusan dari berbagai negara mendatangi Jokowi , baik untuk mengajak kerjasama, maupun memberi dukungan. Diantaranya Liu Jianchao (Dubes China), Martin Bille Hermann (Dubes Denmark), Scot A Marciel (Dubes Amerika), Kim Yeong Seon (Dubes Korea Selatan), Stig Traavik (Dubes Norwegia), Pangeran Andrew (Inggris), Mark Rutte (PM Belanda), dan yang belum lama ini berkunjung adalah William Hague (Menlu Inggris). William Hague menemui Jokowi untuk membicarakan penanganan korupsi. Terasa mengada-ada jika bicara korupsi dengan Jokowi, yang jelas-jelas bersama Ahok telah mengimplementasikan transparansi APBD di DKI. Kenapa tidak bicara korupsi dengan Abraham Samad? Apa urusannya Inggris dengan korupsi di Indonesia? Karena William Hague hendak menunjukkan dukungan Inggris khusus kepada Jokowi. Demikian juga para pemimpin negara yang lain. Mereka memberikan dukungan dan perhatian kepada Jokowi sebagai Gubernur DKI. Karena Jokowi dipercaya internasional sebagai pemimpin yang bersih dan menjanjikan masa depan yang Raya bagi Ibukota Indonesia. Kemajuan ibukota akan berimbas pada kemajuan seluruh Indonesia. Bagaimana internasional hendak mendukung pejabat lainnya, jika mereka terindikasi akan menjadi tersangka korupsi, suap, penggelapan pajak maupun pelanggaran ham? Jokowi penting bagi internasional, karena Indonesia penting bagi internasional. Setidaknya, setengah jalur perdagangan internasional melewati perairan Indonesia. Minyak dari Timur Tengah ke Cina dan negara-negar Asia Timur, Asia Tenggara dan Australia dikirim melalui perairan Indonesia. Sehingga, instabilitas ekonomi dan politik Indonesia memberi dampak kepada instabilitas ekonomi dan politik Asia dan Amerika. Dengan demikian, semua pihak berkepentingan terhadap stabilitas ekonomi dan politik Indonesia. Dimulai dari ibukota Republik Indonesia. Dimulai dari Jokowi. . - Esther Wijayanti -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H