Mengapa dikatakan mesias politik karena pada saat itu orang-orang Israel memiliki pemikiran yang sangat keliru dan beranggapan Yesus sang Mesias akan datang untuk membebaskan penjajahan dari bangsa Romawi dan mereka menganggap Yesus Kristus sebagai raja yang di idam-idamkan. Sehingga orang Israel memiliki harapan bahwa kedatangan mesias itu sendiri akan membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi, sehingga mereka memiliki seruan untuk perang melawan kekuasaan Romawi dengan berkat kehadiran seorang Mesias yakni Yesus Kristus.Â
Tetapi pada kenyataannya terbalik dengan pola pikir Yesus bahwa, Ia datang bukan untuk mengadakan perang dengan kekuasaan Romawi tetapi harus memiliki cinta kasih terhadap orang-orang yang sudah membenci dan menganiaya mereka.Â
Pada saat yang sama juga mereka juga dapat dikatakann, bahwa mereka  memiliki sifat yang tidak pasti karena anggapan mereka terlalu tinggi serta mau menjadikan Yesus Kristus sebagai raja yang bersifat duniawi dan menjadi raja dengan kemauan mereka sendiri itu tidak terjadi.Â
Orang Israel bukan hanya menjadikan Yesus sebagai raja, pemimpin, pemerintah yang akan memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka serta mampu memberikan kesejahteraan untuk semua orang terlebih khusus bangsa Israel atau bangsa pilihan.
Kita sebagai manusia diberi kuasa oleh Allah untuk menjaga dan merawat ciptaan dari Allah. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama terlebih khusus dalam kitab Kejadian 1:28 yang berbunyi demikian "penuhilah bumi dan tahklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan dilaut, burung-burung diudara dan atas segala binatang yang merayap dibumi".Â
Dalam hal ini kuasa dapat juga disebut sebagai sruktur atas segala ciptaan. Sehingga manusia dapat tergolong dalam seluruh ciptaan dan hidup dibawah kuasa Allah. Tetapi manusia berbeda dengan ciptaan lain, juga diberi kuasa sebagai subyek dan dapat berkuasa terhadap mahkluk yang lain. Segala bentuk pemerintah yang tidak berasal dari Allah atau tidak berakar dari Allah tidak akan bertahan lama.Â
Dalam hal ini orang Kristen berpolitik bukan untuk menghapuskan kuasa, tetapi untuk berkuasa supaya kuasa itu dapat dipakai untuk tujuan adil dan benar serta penuh penghayatan iman kristiani yang sejati. Sikap politik Yesus itu dapat menjadi dasar bagi keterlibatan Gereja dalam dunia politik, tetapi Gereja tidak bisa disebut sebagai lembaga politik, apalagi Gereja mengambil bagian dalam sebuah partai politik atau para pemimpin terlibat dalam suatu partai.
Dalam hal ini Yesus Kristus masuk dalam kita masing-masing, Ia menjadi Tuhan dalam diri kita dan terlebih khusus hadir dan menyertai bangsa dan negara kita yang tercinta. Oleh sebab itu kita meiliki hak dan kewajiban dalam menentukan warna keyakinan dan kebijakan dalam mengatur suatu negara.Â
Salah satu contoh yang sangat sederhana yaitu mengikuti proses pemilu dan pilkada. Dengan mengikuti politik, orang dipercaya untuk menentukan nasib tentang hari depan masyarakat sebab suara setiap orang yang percaya memiliki hak mengikuti demokrasi politik dan dapat dihitung dengan hasil suara yang dihasilkan.Â
Dalam proses inilah kita dapat menemukan pilihan dan mendapat pemimpin yang bersih, gesit, produktif, cakap, kreatif, berintegritas dan dapat dipercaya, serta adil terhadap semua golongan etnik dan agama. Manusia yang berpartisipasi itu dapat dipercaya sehingga dapat bersikap politik yang mampu mengayongi semua orang dan tidak berpihak. Politik yang alkitabiah merupakan suatu cara dan proses untuk mengerti dan memaknai realitas politik dari sudut pandang dan pola pikir sebagai seorang beriman kristiani.Â
Sebagai orang yang sudah percaya dan yang mau atau yang sudah terbiasa terjun dalam dunia politik harus hidup sesuai dengan kebenaran, hidup menurut firman Tuhan dan mampu menghubungkan moralitas dengan kuasa yang ia jabat supaya berhasil merangkul dan memperbaiki kehidupan masyarakat dimasa yang akan datang serta lebih baik.Â