Mohon tunggu...
Ester Sinaga
Ester Sinaga Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karangan Bunga kepada Mabes Polri dan "Pesan Jahat" untuk Aksi "55"

3 Mei 2017   14:31 Diperbarui: 3 Mei 2017   14:38 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siang para pembaca yang budiman, semoga tulisan amburadul Ester ini bermanfaat. Horas!

Ester membaca sebuah berita tentang “demam” karangan bunga, tetapi kali ini munculnya di Mabes Polri. Ester tersenyum simpul, tertawa ketika membaca pesan demi pesan yang terdapat di karangan Bunga tersebut. Seperti “Terima kasih kepada TNI & Polri atas kerjasamanya menjaga NKRI”, "Selamatkan NKRI Berantas Radikalisme!!! Bergerak cussssss!!!" Atau "Pak Kapolri, kami dukung bapak menyapu bersih kaum.intoleran yang mau rubuhkan tiang Pancasila dan NKRI", lalu membaca siapa pengirimnya, makin lucu lagi ketika membaca nama-nama yang mewakili sebuah kelompok. Sepertinya Ester yang kudet atau nama-nama ini muncul sebagai produk politik?

Menurut Ester, kalimat demi kalimat tersebut bertujuan mengadu domba antara Polri, TNI dan kelompok yang sedang ingin dicitrakan oleh pengirim bunga ini. Karangan bunga ini bak pesan terselubung, pesan propaganda yang sedang bekerja keras membajak radikalisme dan intoleran untuk menyerang sekelompok yang dimusuhinnya. Bagi yang membaca seperti Ester tentu bingung kelompok mana yang radikal, yang mana yang intoleran. Anehnya, gaya, model dan caranya mirip hujan karangan bunga di Balai Kota Jakarta, apakah tujuannya sama? Atau memiliki tujuan yang berbeda? Ester seolah menyium bau busuk, menyegat dari orang-orang yang kalah … Ya, bau busuk dari pengirimnya yang memiliki agenda untuk tetap menjaga polarisasi dan perpecahan ditengah akar rumput dengan menyiramnya dengan mantra-mantra “Anti Pancasila”, “Anti keberagaman” “Anti NKRI”.

Yang menarik, walaupun dikarangan Bunga tersebut tertera unsur TNI, tetapi mengapa belum ada karangan bunga yang dikirim ke mabes TNI? Ester belum mendapatkan informasinya. Atau memang sengaja hanya dikirimkan ke pihak Polri? Atau ini sebagai symbol dan dukungan moral mereka terhadap Polri dalam menghantam kelompok-kelompok yang hendak menjebloskan Ahok kedalam penjara? Atau sebagai pesan kepada Polri untuk bertindak keras terhadap aksi 55? Karena jika sah secara politik, tentu label Intoleran dan Radikal terhadap aksi “55” menjadi alasan kuat untuk menghancurkan kelompok-kelompok ini?

Atau Apakah ini bentuk dari dramatisasi, halusinasi, dan depresi kelompok-kelompok yang memang belum move onakibat kekalahan dalam pilkada? Atau kelompok-kelompok yang merasa sangat dirugikan dari kekalahan Ahok, adakah hubungannya dengan para Taipan? Taipan 9 Kucing? Reklamasi yang gagal total?

Kata mama Ester, kekalahan Ahok bukan sekedar kontestasi Pilkada, tetapi juga kekalahan terhadap ideologi ekonomi-politik kelompok 9 kucing. Kekalahan dengan kelompok Islam berarti masa depan kepentingan ekonomi-politik mereka akan terancam, kebebasan dan nilai-nilai ideologi ekonomi-politik akan tenggelam, seperti senja sore nanti yang akan kembali keperaduannya. Apakah akan terus tenggelam selama lima tahun kedepan? Atau dapat bangkit di waktu esok? Maka kelompok ini akan terus memainkan propaganda dan melekatkan kemenangan Anies-Sandi, adalah kemenangan kelompok Intoleran dan Radikal, menjaga arus manusia untuk tidak merapat kepada kelompok Anies-Sandi. Karena jika mereka bergabung, tentu tidak akan ada lagi orang-orang yang dapat digunakan untuk menjalankan aksi “hujan sembako” di pilpres 2019.

Kata Mama Ester, penyakit ini bukan saja sulit disembuhkan, karena persoalannya bukan pada akal dan pikiran, tetapi pada faktor psikologis. Ya, kekalahan yang tidak diakui, karena mereka masih menganggap Ahok adalah Gubernur, halusinasi akut dan sangat berbahaya. “Anak Tuhan” tidak mungkin kalah! Kata mama Ester, kekalahan adalah cara Tuhan untuk menjewer “anak”nya yang nakal, tidak taat aturan dan melanggar hukum. Maksud mama, Ahok melanggar hukum? Mama tertawa lepas dan mengingatkan kepada Ester untuk kembali mengingat skandal Sumber Waras dan skandal Reklamasi.

Kembali kepada karangan Bunga di mabes Polri, menurut Ester, inilah kesalahan taktik dan fatal akibatnya, karena jaraknya yang dekat dengan dramatisasi karangan bunga di Balai Kota Jakarta. Masyarakat akan melihat bagaimana karangan bunga tersebut diproduksi dan bagaimana kalimat-kalimat didalamnya memuat pesan-pesan yang sama. Masyarakat akan menarik kesimpulan aktor yang sama sedang bermain dengan episode “karangan bunga”. Sutradara yang sedang memainkan emosi dan perasaan sekelompok kecil pendukung Ahok yang polos, imut, lucu dan mengemaskan untuk ikut berpartisipasi dan berkaloborasi dalam babak demi babak, episode demi episode guna menyukseskan tayangan dramatisasi yang penuh dengan tangisan haru biru bak sinetron … episode “karangan bunga” dengan pesan yang sama lawan “radikalisme” lawan “intoleran”.

Ester siang ini berjalan pelan menyusuri jalan-jalan di ibu kota, berharap tidak ada lagi dramatisasi cengeng yang ditampilkan secara vulgar … Tuhan memberkati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun