Mohon tunggu...
Mo Anwar
Mo Anwar Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Pendidikan

Saya adalah seorang pemerhati pendidikan baik nasional dan internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Teori-Teori Belajar dalam Proses Pembelajaran di Berbagai Negara

4 Januari 2024   21:26 Diperbarui: 4 Januari 2024   21:30 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belajar merupakan suatu usaha sadar seseorang untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang menjadi dasar adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku dapat dilihat dari perbedaan kondisi antara sebelum dan sesudah melalui proses belajar. Melalui belajar juga, seseorang akan mengalami suatu pengalaman baru yang tentunya bermanfaatkan bagi perkembangan dirinya. Belajar tidak hanya dilakukan disekolah, belajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Bahkan belajar tidak harus dari orang tua kepada anak, tetapi orang tua juga bisa belajar dari seorang anak. Sehingga muncul istilah lifelong learning kita kenal selama ini.

Didalam perkembangannya, banyak ahli yang meneliti dan mengembangkan tentang pengerrtian belajar. Ahli seperti Skinner, Piaget, Maslow, Morgan, Hilgrad dan Bower mungkin cukup familiar bagi kita. Kajian tentang belajar pada setiap masa pada akhirnya baik secara langsung maupun tidak, telah melahirkan teori-teori belajar. Secara umum, terdapat 4 teori belajar yaitu behaviorisme, kognitif, konstruktivisme, dan humanisme.

Pertama, Teori Belajar Behaviorisme merupakan teori belajar yang dikembangkan oleh Gagne dan Berliner yang memahami bahwa pengalaman belajar menghasilkan adanya perubahan tingkah laku, sehingga seseorang dapat dikatakan telah melalui proses belajar yang baik jika mengalami perubahan tingkah laku karena proses pembelajaran merupakan berwujudan dari stimulus dan respon. Teori belajar ini juga dikembangkan oleh tokoh seperti B.F. Skinner dan John B. Watson, sangat menekankan pada aspek pembelajaran yang dapat diamati dan diukur. Contoh bentuk stimulus diberikan oleh pendidik dapat berupa saran, penyampaian materi ajar selama proses pembelajaran, pembentukan karakter melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Sedangkan contoh bentuk respon peserta didik berupa pertanyaan, tanggapan, reaksi, perubahan mimik wajah, ataupun adanya gestur seperti tepuk tangan.

Di negara Tiongkok atau China, banyak sekolah menerapkan teori belajar behaviorisme dalam proses pembelajaran. Penerapan teori behaviorisme dalam pendidikan di China dapat melibatkan berbagai strategi, seperti penguatan positif dan negatif, pengkondisian klasik, dan pengkondisian operan. Guru memberikan penghargaan atau pujian kepada yang berhasil secara akademis sebagai bentuk penguatan positif. Guru juga memberikan penguatan negatif berupa teguran, pengurangan nilai, bahkan berdiri di depan kelas. Selain itu, pengkondisian operan juga diterapkan di China dengan mengandalkan sistem imbalan dan hukuman. Sistem ini digunakan untuk membentuk dan mempertahankan perilaku yang diinginkan di lingkungan pendidikan. Teori belajar behaviorisme di China ini dapat berjalan dengan baik karena ada pengaruh dari konteks budaya, sejarah panjang, termasuk kondisi politik yang berkembang.

Kedua, Teori Belajar Kognitif yang dikembangkan oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Teori belajar kognitif menekankan pentingnya proses perkembangan mental yang difokuskan pada optimalisasi kemampuan otak manusia dalam menerima, memproses, dan menyimpan informasi. Teori ini juga menekankan pada pentingnya proses berpikir kritis dan pemecahan masalah. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori belajar kognitif ini mengkaji tentang proses seseorang untuk membangun kemampuan kognitif dengan adanya dorongan motivasi diri dan lingkungan. Beberapa negara maju seperti Finlandia, Singapura, dan Jepang menerapkan teori belajar kognitif ini. Finlandia terkenal dengan sistem pendidikannya yang inovatif dan para siswa yang memiliki performa akademik yang tinggi pula. Pendidikan di Finlandia ditekankan pada pengembangan pemikiran kritis dan pemahaman mendalam, jadi bukan sekedar hafalan materi ajar. Kelas-kelas di Finlandia pembelajarannya berpusat pada peserta didik, guru hanya berperan sebagai fasilitator sehingga kelas menjadi lebih interaktif. Setiap siswa diberikan kebebasan memilih gaya belajar, strategi belajar, dan minat belajar yang sesuai untuk memproses dan mengintegrasikan informasi baru. Selain itu, pembelajaran di Finlandia juga bersifat kolaboratif. Guru bersama siswa berpartisipasi langsung dalam diskusi dan penyelesaian projek. Kolaborasi ini mampu mengembangkan keterampilan sosial, kerjasama, dan penguatan pemahaman konseptualnya.

Pendidikan di Singapura juga menerapkan teori belajar kognitif. Kelas-kelas menggunakan strategi belajar yang menfasilitasi proses pemikiran kritis dan kreatif. Selama proses pembelajaran siswa didorong untu menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Pengembangan ide dan proses pembelajaran kolaboratif dilakukan melalui diskusi kelas dan penyelesaian projek berbasis kelompok. Maka, bisa dikatakan proses pembelajaran di Singapura berorientasi pada pemahaman mendalam dan penerapan pengetahuan melalui demonstrasi, bukan sekedar hafalan.

Jepang juga merupakan salah satu negara yang menerapkan teori belajar kognitif. Guru sering menggunakan metode demostrasi dengan mengundang/memberikan kesempatan anak untuk mencermati terlebih dulu sebelum mencoba/mempraktekkan sendiri. Hal ini dapat mendorong proses internalisasi dan pemahaman konsep yang lebih mendalam. Jepang jelas mendukung asperk perkembangan sosial-kognitif teori Vygotsky. Siswa didorong untuk berbagai pengetahuan, belajar satu sama lain, penguatan pemahaman konseptual mellaui proses berpikir kritis kreatif, dan ketrampilan interpersonal. Guru dan siswa memiliki kultur budaya yang kuat pada disiplin dan kerja keras sebagai bentuk dedikasi dan ketekunan.

Ketiga, Teori Belajar Konstruktivisme dikembangkan tokoh-tokoh seperti Jean Piaget, Jerome Bruner, dan John Dewey. Teori ini menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan pengertahuan mereka sendiri. Integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada diperoleh melalu proses belajar. Belajar merupakan proses mengorganisir dan mengintegrasikan informasi berdasarkan pengalaman pribadi siswa. Indonesia merupakan salah satu yang saat ini menekankan teori konstruktivisme yang diwujudkan dengan pembelajaran berbasis perojek, diskusi kelompok, dan pembelajaran saintifik. Negara seperti Finlandia dan Singapura juga menerapkan teori belajar ini. Finlandia menekankan siswa belajar secara mandiri. Siswa dapat memilih materi ajar, bermain, dan mengekplorasi dengan minat dan caranya sendiri. Singapura juga menekankan pembelajaran berbasis masalah dan pengembangan kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran. Melakukan pendekatan tersebut, siswa dapat membangun pemahaman, pengetahuan, serta mengitegrasikan pengetahuan baru dan yang sudah ada.

Keempat, Teori Belajar Humanisme yang dikembangkan oleh Carl Roger dan Abraham Maslow. Pemikiran utama dalam humanisme adalah bahwa manusia memiliki kebebasan dalam memilih dan merupakan makhluk yang sadar akan dirinya sendiri. Pendidikan di Inggris juga menerapakan teori belajar humanisme. Meskipun Inggris menerapkan gabungan dari beberapa teori belajar, namun teori belajar humanisme dapat dilihat dari pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan memperhatikan kebutuhan belajar, minat belajar, dan tujuan/motivasi belajar selama proses pencapaian akademik. Kelas-kelas di Inggris menghargai kebutuhan dan minat individu.

Pendidikan di suatu negara tidak hanya menganut 1 jenis teori belajar. Sangat mungkin menggabungkan beberapa teori belajar agar hasilnya lebih optimal. Teori belajar apapun yang digunakan sebaiknya memberhatikan beberapa faktor seperti perkembangan zaman, kultur budaya, kondisi sosial ekonomi politik dan sebagainya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun