Mohon tunggu...
Esta Rossa Sativa
Esta Rossa Sativa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Student, Research Assistant

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dari Tempat Pembuangan Akhir Piyungan ke Jalanan: Menyikapi Masalah Sampah di Yogyakarta

24 September 2024   03:25 Diperbarui: 25 September 2024   12:25 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi : Kasihan, Bantul (Dokumentasi Pribadi) 

Bayangkan saat anda melakukan perjalanan. Tiba-tiba mata anda tertuju pada sebuah pemandangan yang tak menyenangkan, dimana terdapat sampah yang berserakan di pinggir jalan ataupun dilahan kosong. Sangat memprihatinkan bukan ? tetapi hal tersebut tidak hanya berada pada satu titik atau dua titik, melainkan dibeberapa titik. Hal tersebut sudah menjadi pemandangan setiap hari di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), semenjak penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan pada pertengahan tahun 2023. 

Mengapa TPA Piyungan ditutup ?

TPA Piyungan terbesar di DIY ini, telah menjadi solusi utama pengelolaan sampah bagi tiga kabupaten, yaitu Sleman, Bantul dan Kota Yogyakarta. Sejak beroperasi pada tahun 1995, TPA ini menjadi tempat pembuangan akhir bagi sampah domestik dan industri dari sekitar 2 juta penduduk. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, TPA Piyungan mengalami over kapasitas, yang diperparah oleh kurangnya pengelolaan limbah secara efektif serta kerusakan infrastruktur. Data dari Dinas Lingkungan Hidup DIY menunjukkan bahwa sampah yang dihasilkan warga DIY mencapai sekitar 800 hingga 1.200 ton per hari dan sebagian besar dari sampah ini sebelumnya diangkut ke TPA Piyungan. Namun, dengan penutupan TPA tersebut, proses pengelolaan sampah di DIY terganggu. Seperti penelitian yang sudah dilakukan oleh Novitasari dan Kristiana (2024) menunjukkan bahwa penutupan TPA ini memicu beberapa masalah signifikan, terutama meningkatnya pembuangan sampah sembarangan di area publik seperti pinggir jalan, tanah kosong, dan sungai. Ini terjadi karena kapasitas alternatif pengelolaan sampah belum mencukupi untuk menangani volume besar sampah yang biasanya masuk ke Piyungan. 

Mengapa Buang Sampah Sembarangan Menjadi Pilihan ?

Seperti yang dialami oleh Ibu Ani, seorang pedagang kecil di Bantul. Setiap hari ia menghasilkan cukup banyak sampah dari usahanya, terutama sampah plastik dan sisa makanan. Biasanya ia membuang sampah di TPA Piyungan melalui petugas pengangkut sampah. Tetapi karena TPA ditutup, maka pengangkut sampah tersebut berhenti datang sehingga membuat bu Ani kebingungan membuang sampah. "Mau dibawa ke mana sampah ini? Kalau ditumpuk di rumah, baunya nggak tahan," keluh Ibu Ani.

Situasi yang sama dialami banyak warga di DIY. Ketiadaan alternatif tempat pembuangan membuat sebagian orang memilih jalan pintas, yakni membuang sampah sembarangan. Namun, pilihan ini membawa risiko besar bagi lingkungan dan kesehatan.

Mengapa Membuang Sampah Sembarangan Berbahaya ?

Kebiasaan buruk ini bukan hanya masalah estetika. Berikut beberapa bahaya nyata dari membuang sampah sembarangan:

  • Banjir: Sampah yang menumpuk di saluran air dapat menghalangi aliran air, yang menyebabkan banjir. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD, 2020), banyak daerah rawan banjir di DIY disebabkan oleh penyumbatan saluran air akibat sampah.
  • Penyakit: Sampah yang tidak dikelola dengan baik bisa menjadi tempat berkembang biaknya berbagai vektor penyakit, seperti nyamuk, lalat, dan tikus. Sesuai dengan data Kementrian Kesehatan RI tahun 2019 yang menunjukkan bahwa tempat penampungan sampah yang tidak terkelola dengan baik berkontribusi terhadap peningkatan kasus penyakit menular seperti demam berdarah dan malaria.
  • Pencemaran Air dan Tanah: Sampah plastik dan bahan kimia dapat meresap ke dalam tanah dan mencemari sumber air. Laporan dari Badan Lingkungan Hidup (BLH, 2021) menyatakan bahwa pencemaran tanah dan air akibat sampah plastik mengancam kesehatan manusia dan ekosistem.

Apa yang Bisa Kita Lakukan ?

Kita tentu tidak bisa hanya mengeluh tanpa solusi. Berikut beberapa langkah praktis yang bisa kita ambil untuk mengatasi masalah sampah ini:

  • Mulai Memilah Sampah di Rumah: Memilah sampah sejak dari rumah adalah langkah awal yang penting. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK, 2021), pemilahan sampah membantu meningkatkan proses daur ulang dan mengurangi volume sampah yang harus dikelola.
  • Manfaatkan Bank Sampah: Bank sampah adalah inisiatif yang sudah banyak berkembang di Indonesia, termasuk di DIY. Laporan dari Badan Pengelolaan Sampah Daerah (BPSD, 2021) menunjukkan bahwa bank sampah dapat mengurangi sampah dan memberi manfaat ekonomi kepada masyarakat.
  • Komposter di Rumah: Penggunaan komposter di rumah untuk mengolah sisa makanan menjadi pupuk kompos juga dianjurkan. 
  • Gotong Royong Bersih Lingkungan: Masyarakat dapat menghidupkan kembali kebiasaan gotong royong untuk membersihkan lingkungan. Beberapa studi menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam kegiatan bersih-bersih lingkungan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan (LIPI, 2020).
  • Lapor dan Tegur: Melaporkan tindakan membuang sampah sembarangan adalah bagian dari upaya kolektif menjaga kebersihan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Transparency International (2021), partisipasi masyarakat dalam pelaporan pelanggaran dapat meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun