Menjadi profesional, dalam bidang apapun, menuntut dedikasi dan komitmen tinggi. Begitu pun menjadi gamer profesional, karena kehidupan seorang gamer tidak hanya berkutat main game tiap hari, namun bagaimana menjaga level performa tertinggi untuk waktu yang panjang. Berkaitan dengan itu, kamu harus siap menguras fisik dan melatih aspek mental yang sangat berpengaruh dalam permainan seseorang.
Sebagai contoh, pemain League of Legends paling tersohor, Lee 'Faker' Sang-hyeok menghabiskan hingga 12-15 jam sehari untuk berlatih. Beberapa pemain Korea yang bermain untuk tim lain juga rata-rata menghabiskan durasi sama.Â
Namun, tidak semua pro memiliki metode sama dalam berlatih, misalnya pemain CS:GO dari tim SK Gaming, Gabriel 'FalleN' Toledo, yang ternyata memakai waktu lebih sedikit.
Alexander Mullr, selaku managing director dari SK Gaming, menyatakan bahwa intensitas latihan FalleN tidak seberat bayangan orang-orang. Mindset latihan FalleN fokus pada 'mencapai permainan terbaiknya ketika berlatih, lalu bagaimana mengembangkan permainannya dari situ, dan menemukan langkah-langkah apa yang diperlukan untuk kembali mencapai puncak performanya'.Â
Dengan begitu, dia menggunakan waktunya lebih efektif dan menghemat tenaga lebih banyak daripada melakukan marathon latihan berjam-jam.
Guna memahami pola latihan terbaik yang sesuai dengan karakteristik tiap orang, beberapa pro player berikut akan berbagi pengalaman dan sistem latihan rutinnya bagi atlet-atlet eSports yang kesulitan membagi waktu terbaik antara berlatih dan bermain.
1. Tristan 'PowerofEvil' Schrage (OpTic Gaming): League of Legends
Dalam masa baktinya di Misfits, Tristan mampu capai perempatfinal LOL World Championship yang lalu. Pemain berkebangsaan Jerman ini menceritakan rutinitas latihan yang berbeda di tiap tim yang dibelanya. Sekarang, dalam rutinitasnya, dia diharuskan berlatih tanding selama tiga jam lalu diselingi tiga jam istirahat kemudian kembali berlatih selama tiga jam.Â
Saat istirahat akan diselipkan dengan evaluasi hasil latihan dan segala macam koreksi yang masih berhubungan dengan porsi latihan, jadi tidak sepenuhnya beristirahat.
Tristan lebih menyukai porsi latihan di tahun sebelumnya ketika dia akan berlatih selama sejam lalu beristirahat total untuk satu jam berikutnya. Sementara evaluasi dan rapat tim akan dilakukan malam hari. Menurutnya, terlalu lama berlatih akan mengurangi fokus yang diperlukan untuk bisa tampil 100%.
Biasanya, sebelum latih tanding, Tristan akan bangun lebih pagi untuk memulai bermain solo. Namun kuantitas permainan belum tentu sebanding dengan kualitas latihan yang didapatkan. Bisa saja seseorang bermain 20 game namun secara bertahap akan menurunkan fokus dan kualitas kemampuannya sampai 50%.