3. Peter 'ppd' Dager : DOTA 2
Joe Dager, ayah dari ppd, merupakan seorang freelance marketer di Fort Wayne, Ind., yang cukup bingung ketika pertama kali melihat anaknya bermain DOTA 2.
"Saya melihatnya seperti karakter yang saling pukul satu sama lain dengan tongkat," ungkap Joe Dager, yang dulu pernah membongkar komputer anaknya dan mengambil perangkat penting di dalamnya agar ppd tidak bermain game semalaman.
Saat ini, Peter atau yang lebih akrab dengan julukan ppd, dapat berkeliling dunia untuk bermain game eSports dan menjadi salah satu pro player yang memiliki pendapatan tertinggi. Ayahnya masih membiasakan diri ketika anaknya mulai sering dimintai foto oleh para fans layaknya artis TV terkenal. Bahkan, dirinya masih terkejut sendiri waktu diminta pula untuk berfoto bareng dengan fans anaknya.
4. Cuyler: Â Call of Duty
Paul Garald adalah manajer dari perusahaan aerospace dan berusia 50 tahun. Tindakan yang pernah dia lakukan untuk mencegah anaknya bermain game yakni dengan membawa konsol Xbox anaknya ke tempat kerja ketika anaknya beralasan terlalu sakit untuk berangkat sekolah. Ternyata, si cerdik Cuyler telah mengantisipasinya dengan menyimpan konsol kedua dalam lemarinya.
Walaupun masih berusia 18 tahun, Cuyler remaja memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah dan fokus berkompetisi dalam turnamen Call of Duty, serta berhasil mendapatkan hadiah US$200.000 hingga saat ini.
5. Matthew: Overwatch
Maurizio dan Andrea DeLisi sangat menolak anaknya terjaga pada malam hari dan menghabiskan waktunya bermain game.
"Kami pikir itu hanya menghabiskan waktunya saja," ungkap ibu dari Matthew yang bekerja sebagai public-safety di Philadelphia. "Mungkin ini adalah hal yang baik jika dirinya bisa mengasah kemampuannya menjadi lebih baik".
Namun saat ini, mereka membiarkan anak remaja mereka menyelesaikan sekolah mereka melalui kelas onilne sehingga dia tetap bisa bermain Overwatch untuk tim San Francisco Shock ketika umurnya mencapai 18 pada bulan Maret.