Mohon tunggu...
Esports IDN
Esports IDN Mohon Tunggu... -

Memberikan informasi seputar dunia eSport Nasional dan Internasional.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menurut Fakta Ilmiah, Jangan Larang Anak Main "Game"

27 November 2017   10:15 Diperbarui: 27 November 2017   10:22 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak dulu, banyak pandangan di masyarakat kalau keterikatan akan suatu hal seperti olahraga memiliki korelasi terhadap kemampuan kognitif seseorang. Ambil contoh pemain catur yang selalu diasumsikan sebagai orang jenius dan disegani berkat kemampuan strategisnya mengungguli lawan. Kini, beberapa genre eSports juga mulai marak menjadi bahan kajian untuk menjawab hubungan antara kompleksitas permainan suatu video game dengan kemampuan berpikir sesorang.

MOBA merupakan salah satu genre video game yang sedang tenar-tenarnya. Beberapa bahkan sudah dipertandingkan dengan skala besar-besaran dan kerap disebut sebagai Electronic Sports atau Esports. Yang menarik dari MOBA adalah cara bermainnya yang sederhana namun tersimpan kompleksitas yang tidak bisa dikuasai semua orang. Tak ayal, pemain MOBA yang handal sering dianggap sebagai orang dengan tingkat intelektualitas tinggi berkat kemampuan pemahaman game yang lebih baik dibanding rata-rata pemain lain.

Salah satu tim peneliti dari Departemen Psikologi dan Ilmu Komputer di Universitas York, Amerika Serikat melakukan penelitian terhadap beberapa pemain DOTA 2 dan LOL, terkait kemampuan mereka menyelesaikan beberapa tes kasus dan logic test. Hasilnya, mereka mampu menghasilkan nilai ujian yang baik. Alex Wade, salah satu anggota tim dari Departemen Psikologi dan Laboratorium Kreatifitas Digital mengatakan, "Game seperti DOTA 2 dan LOL sangat rumit, menuntut interaksi sosial dan membutuhkan intelektualitas. Penelitian kita menghasilkan bahwa permainan ini bisa jadi tolak ukur tingkat kecerdasan seseorang."

sumber foto: grunge.com
sumber foto: grunge.com
Lalu tim pun membandingkannya dengan pemain yang mahir dari genre FPS, seperti Destiny dan Battlefield 3. Hasilnya, seiring bertambahnya usia, kemampuan pemain FPS akan menurun performanya. Hal ini menunjukan pemain dengan usia lebih muda diuntungkan ketika berhadapan dengan lawan yang lebih tua. "Tidak seperti game FPS, dimana kecepatan tangan dan akurasi menjadi aset utama, MOBA lebih mengandalkan kemampuan nalar dan berpikir secara strategis untuk menentukan keputusan-keputusan secara cepat," tutur Athanasios Kokkinakis, seorang murid kedokteran dari Dewan Peneliti Ilmu Teknik dan Fisika (EPSRC) untuk Centre for Intelligent Games and Game Intelligence di Universitas York, sekaligus penulis utama di PLOS ONE.

Hal ini sekaligus memperkuat penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa orang dengan tingkat keandalan tinggi dalam game maupun olahraga yang membutuhkan strategi seperi catur cenderung mendapatkan nilai bagus saat menjalani tes kecerdasan, dan terbukti pemain MOBA mampu menunjukan hasil yang sama.

Nah, makin banyak kan pengaruh positif dari bermain MOBA, siapa tahu juga kedepannya MOBA bakal jadi mata pelajaran di sekolah-sekolah supaya meningkatkan kemampuan berpikir anak di institusi pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun