Mohon tunggu...
Nauram Muhara
Nauram Muhara Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis lepas tentang topik aktual.

wartawan, editor, alumnus Fak Psi UGM angk. 86

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Penumpang Sumbat Gang Gerbong, Kru KA Bengawan Cuek

3 Maret 2015   17:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:14 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kami naik KA Bengawan dari Stasiun Purwosari menuju Jakarta pada 22 Februari 2015. Perjalanan tepat waktu sesuai jadwal dan kondisi kereta yang terlihat terisi seluruh kursinya relatif nyaman sore itu.

Namun sekitar pukul 19.30, situasi dan kondisi mendadak berubah. Tiga pria dengan tanpa sungkan menggelar lembar kardus tebal yang telah disiapkan sebagai alas. Mereka berbaring di tengah koridor/gang antara deretan kursi. Entah mereka punya karcis resmi atau penumpang non-karcis, yang jelas mereka dari gerbong lain.

Tentu saja hal itu mengganggu lalu lintas penumpang lain di sepanjang gerbong 3. Karena yang mau lewat harus "melompatinya" dengan kaki naik/menginjak ke jok kursi atau bahkan sandaran tangan sebagai tumpuan agar tak menginjak orang yang telentang di lantai gang gerbong. Tak ada ruang untuk menjejakkan kaki.

"Harusnya nggak boleh. Nutupi jalan. Boleh gelar alas di kolong kursi masing-masing. Nanti di Cirebon akan diperingatkan," kata seorang petugas restorasi yang lewat menjawab pertanyaan yang disampaikan penumpang yang protes.

Sang petugas inipun mengaku merasa terganggu. Dia harus susah payah menuju kursi membawa supermi gelas dan teh hangat yang  kami beli.

Sebenarnya  saat itu ada satu petugas satpam KA berseragam biru tua yang sudah mengetahui ada penumpang tidur di gang gerbong. Tapi entah kenapa ia hanya melihat, memencet telpon genggam merahnya,  dan balik kanan tanpa melakukan apapun.

Ternyata dari pengamatan, kondisi penumpang  tidur mengokupasi gang d antara kursi juga terlihat di gerbong yang lain.

Sebagai konsumen yang beberapa hari sebelumnya menggunakan kereta Gaya Baru Malam (harga tiket Rp 130.000), ternyata tiket lebih mahal KA Bengawan (Rp 155.000) tak membuat kondisi lebih tertib dan nyaman.

Menyebut “keunggulan” KA Gaya Baru Malam: AC lebih dingin, di setiap stasiun transit ada kru yang berjalan meminta sampah yang akan dibuang penumpang, dan sama sekali tidak ada orang tidur telentang di gang gerbong.

Tampaknya "pelanggaran" semacam itu memang ditoleransi (untuk tak mengatakan diizinkan) kru KA yang bertugas (kondektur dan satpam). Yang jelas mereka mengetahui adanya fakta itu.

Seperti biasa, tampaknya memang selalu ada pengikisan disiplin saat pelanggaran kecil mulai dibiarkan.  Dan fakta pelanggaran itu diabaikan dan dibiarkan pimpinan perjalanan di lapangan.

Pelanggaran yang jelas mengganggu kenyamanan dan hak penumpang resmi yang membayar tiket dan pasti akan membuat anggaran pemeliharaan bertambah karena sandaran tangan kursi pun jadi injakan kaki.

Jangan sampai kesan adanya kesungguhan PT KAI untuk berbenah menjadi lebih baik yang selama ini mulai tertanam di benak masyarakat (tiket sesuai KTP, menjual tiket sesuai jumlah kursi, kebersihan terjaga, dan pendingin udara) mulai pula terkikis oleh pelanggaran kecil yang  terasa sangat menyebalkan bagi yang mengalaminya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun