Di balik setiap perangkat lunak yang sukses dan tahan lama, terdapat arsitektur yang dirancang dengan cermat. Software architecture atau arsitektur perangkat lunak bukan hanya soal struktur teknis, melainkan strategi besar dalam pembangunan sistem yang scalable, maintainable, dan dapat beradaptasi terhadap perubahan.
Pengertian dan Komponen Utama Software Architecture
Menurut Bass, Clements, dan Kazman (2012), arsitektur perangkat lunak adalah struktur atau struktur-struktur sistem, yang terdiri dari komponen perangkat lunak, hubungan antar komponen, serta prinsip dan pedoman desain serta evolusinya. Arsitektur ini menentukan bagaimana bagian-bagian sistem akan saling berinteraksi dan bekerja secara keseluruhan.
Komponen utama dalam arsitektur perangkat lunak meliputi:
Komponen (Components) -- Unit-unit independen yang mewakili fungsionalitas sistem, seperti modul atau layanan.
Konektor (Connectors) -- Mekanisme komunikasi antar komponen, seperti API, event, atau message queue.
Konfigurasi (Configuration) -- Struktur organisasi dari komponen dan konektornya dalam sistem.
Contoh gaya arsitektur meliputi layered architecture, microservices, client-server, event-driven, dan lainnya. Pemilihan gaya arsitektur tergantung pada kebutuhan sistem, skala, dan karakteristik bisnis.
Review: Mengapa Software Architecture Menentukan Kualitas Sistem
Arsitektur perangkat lunak bukan hanya soal teknis. Ia mencerminkan visi jangka panjang terhadap sistem. Dalam proyek besar, perubahan kecil pada bagian inti arsitektur bisa berdampak luas. Tanpa arsitektur yang matang, sistem menjadi sulit dipelihara, rawan kesalahan, dan sulit beradaptasi terhadap perubahan teknologi.
Menurut laporan IEEE (2011), proyek-proyek yang dimulai tanpa rencana arsitektur cenderung mengalami refactoring besar-besaran di tengah jalan. Ini menunjukkan bahwa arsitektur adalah investasi awal yang berdampak langsung pada keberlanjutan proyek.
Software architecture juga berperan penting dalam non-functional requirements, seperti skalabilitas, keamanan, dan performa. Misalnya, jika sebuah sistem dirancang dengan arsitektur monolitik tetapi diharapkan melayani jutaan pengguna, maka bottleneck bisa muncul dengan cepat. Solusinya bisa melalui pendekatan microservices untuk meningkatkan skalabilitas horizontal.