Mohon tunggu...
Esme Fadliha
Esme Fadliha Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Moody writer, books lover, bathroom singer;-)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Klik"

27 Desember 2012   09:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:58 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kau bertanya-tanya.

Mengapa selalu ada momen seperti ini. Momen dimana rasanya kau tersesat diantara lipatan-lipatan otak. Terjebak dalam hingar bingar rasionalisasinya yang menumpulkan hati. Hingga tak ada lagi yang lebih kau inginkan selain lari dan bersembunyi.

Sudah semakin dekat waktunya. Kau tahu kau tak sanggup menolak, tapi kau pun tahu, saat bersamanya tak ada yang lebih kau inginkan selain pulang, dan mengurung diri merutuki ketiadaan daya magis bernama chemistry.

Kau tak pernah tahu, siapa yang pertama kali mengaitkan kata itu dengan konteks romansa. Istilah yang menggambarkan bagaimana mata tak mampu melihat, dan otak tak mampu menguasai benak. Yang ada hanyalah hati yang menghayati. Memaknai kehadiran rasa nyaman yang tak mampu dirasa otak.

Jika dibayangkan secara teknis kau membayangkan chemistry adalah seperti suara kecil berbunyi “klik” antara toples dengan tutupnya. Kau masih ingat bagaimana si ibu penjual toples berkata…”Harus pas sampai terdengar bunyi ‘klik’…jangan sampai nggak.” Atau saat suatu ketika, pamanmu berkata “Mur dan baut itu harus benar-benar pas…karena satu sama lain saling menguatkan…” Atau seperti bagaimana keping demi keping puzzle terjalin sempurna satu sama lain, saling melengkapi bagian yang tiada dari diri masing-masing.

Dan kau terdiam membayangkan.

Jika suara kecil itu tak ada, apa yang terjadi dengan hidupmu?  Samakah dengan nasib kue dalam toples yang tak tertutup sempurna? Serupakah dengan antena yang bulan kemarin jatuh dari atap karena ada mur dan baut yang tak terpaut sempurna? Atau seperti keping-keping puzzle yang buyar berantakan oleh sedikit sentuhan karena tak terpasang pada tempatnya?

Sudah semakin dekat waktunya, dan kau berpikir sudah terlambatkah mencarinya? Apakah kau luput mencari ke tempat yang seharusnya? Apakah sudah kau kerahkan berbagai upaya untuk menemukan muara yang sesungguhnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun