Mohon tunggu...
Wiwied Widya
Wiwied Widya Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Lifestyle Blogger

Lifestyle Blogger www.ibusegalatau.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Terjebak Nostalgia bersama Campina

27 Agustus 2018   16:47 Diperbarui: 27 Agustus 2018   17:07 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu kecil dulu, saya mudah sakit. Hampir setiap bulan, saya bolak balik rumah sakit untuk periksa ke dokter. Itu sebabnya, saat itu Ibu menerapkan aturan makan yang ketat untuk saya. Tidak boleh jajan disembarang tempat, tidak boleh main di luar rumah ditengah hari bolong dan sebagainya. 

Dari sekian banyak pantangan dan larangan, yang kerap bikin saya sedih adalah karena saya tidak boleh jajan Es Tung-tung yang hampir setiap hari lewat di depan rumah.

Hati saya sering nelangsa kalau melihat teman-teman berebut membeli es,  saat penjual Es Tung-tung berhenti di depan rumah. Kata ibu, larangan itu demi kebaikan saya. Ibu mengaku tidak bisa menjamin kebersihan dan kandungan bahan yang ada di Es Tung-tung yang dijajakan keliling kompleks menggunakan gerobak itu. Apalagi, kata ibu, dibandingkan teman-teman lain, tubuh saya lebih sensitif dengan kandungan bahan makanan. Kalau salah makan sedikit langsung deh sesak napas. Duuh sedihnya.

Mungkin waktu itu Ibu iba melihat anaknya ini nggak bisa jajan es. Suatu hari, selepas makan siang ibu mengeluarkan wadah dari lemari pendingin. Katanya, wadah ini berisi camilan special buat saya. Dan saat dibuka....

Waaaa es krim!! Tapi warnanya lucu, ungu! 

Menurut ibu, ini es krim buatan ibu sendiri jadi dijamin bersih dan sehat. Lalu kenapa berwarna ungu?

"Oh ini es ketan hitam, pakai santan," jelas beliau. Saya bersemangat sekali, langsung saja saya ambil beberapa scoop dan mencicipinya. Rasanya enak sekali. Ya tentu saja enak, karena saya tidak punya referensi rasa es krim yang lain bukan? Tapi saya senang, akhirnya saya bisa mencicipi es krim seperti teman-teman lainnya. Lebih berasa istimewa lagi karena es krim ini buatan ibu sendiri.

Sejak itu, ibu kerap kali membuat es krim untuk kami sekeluarga. Kadang beliau membuat rasa kacang hijau juga. Tapi favorit saya tetap saja es ketan hitam.

Tahun berganti tahun, dan saya masih tetap menggemari es krim buatan ibu. Hingga suatu hari, dihari pembagian rapor kenaikan kelas, Ibu tetiba mengeluarkan wadah yang berbeda dari wadah es krim yang biasa. Sepertinya itu bukan es krim buatan ibu. Ah, betul saja, dilihat dari tutupnya saya tahu bahwa itu Es Krim Campina Neapolitan. Saya pernah lihat iklannya ditelevisi.  

Dilihat dari iklannya sepertinya enaaak sekali. Es krim vanilla, coklat dan stroberi yang dibuat dari bahan susu berkualitas dan disatukan dalam satu wadah. Duh, saya sampai ngiler tiap kali melihat iklan itu. Apalagi saat es krim-nya sudah terpampang nyata di depan muka.  Eh, tapi saya ragu. Boleh nggak ya saya makan es krim Campina ini? Kata ibu, saya tidak boleh makan sembarang es krim.

Seolah paham dengan pertanyaan yang terlintas dikepala anaknya ini, Ibu langsung berkata, "Kalau es krim yang ini boleh kok dimakan. Ini sehat! Tapi jangan langsung dihabiskan semua ya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun