Mohon tunggu...
Eskop Wisabla
Eskop Wisabla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivias mahasiswa papua di sorong papua barat daya,
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

literasi baca Tulis seputar ham di papua dan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Refleksi Paskah 2024

30 Maret 2024   10:02 Diperbarui: 30 Maret 2024   10:02 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar: dok. pribadi

Jayapura Papua,30 Maret 2024 

      Refleksi Paskah 2024

 Apakah Yesus Pemberontak ?

Pertanyaan reflektif ini sepintas saja melintas di alam pikir saya yang baru saja bangun di pagi hari yang bertepatan dengan perayaan Paska yang dimana umat kristiani sedang menyibukkan diri dengan persiapan Ibadah perayaan paska.

Saat sepintas membuka Facebook dan melihat postingan saudara Rico, di Beranda Akun FB miliknya Rico Tude. Dengan Menyertakan sebuah gambar yang memperlihatkan penderitaan seorang pemuda bernama Depinus Kogoya asal Distrik Gome, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, yang tangannya diikat kebelakang, dan dimasukan di dalam tong Drum yang berisi air yang seketika berubah warna menjadi merah akibat darah yang mengalir deras dari tubuhnya yang dicabik-cabik secara keji dan tidak manusiawi oleh beberapa Oknum TNI pada tanggal 3 Februari 2024 yang sempat menggemparkan Dunia maya pada tanggal 22 Maret 2024 itu. 

Saudara Rico dalam postingannya itu secara singkat merefleksikan momentum perayaan paska kali ini dengan mengkontekstualisasi Rakyat Papua yang hidup dalam lingkaran kekerasan yang tak berujung, suburnya pelanggaran HAM, dan Buramnya Keadilan bagi Rakyat Papua. Namun menitik beratkan refleksinya pada konteks ketimpangan penagakan hukum dan Keadilan bagi korban dalam berbagai kasus pelanggaran HAM di Papua. Dengan sedikit Memberikan gambaran seperti dibawah ini;

 _" tiga hari menjelang Paska, Yesus di tangkap, disiksa. Peristiwa naas tersebut harus di lalui sebagai konsekwensi logis melawan penjajahan imperium Romawi saat itu. Sebelum Yesus menerima ganjaran hukuman, ia terlebih dahulu dibawah ke kehadapan Pontius Pilatus ( wakil pemerintah imperium Romawi untuk wilayah Yudea) untuk diadili._ 

 _"Engkau raja orang Yahudi?", tanya Pilatus._ 

 _"Engkau sendiri yang mengatakan", jawab Yesus (Lihat Lukas: 23;1-7). Dalam situasi yang sangat menegangkan dan penuh tekanan Ia masih bisa menjawab dengan cara elegan._ 

 _Seburuk-burunya sistem hukum dan peradilan imperium Romawi saat itu._ _Seorang yang dianggap mau makar, mau menggulingkan kekuasaan, toh masih ada proses peradilan yang di lalui sebelum diputuskan bersalah._ 

 _Jangan tanya sistem hukum dan peradilan di indonesia. Banyak praktek penyiksaan dan pembunuhan diluar hukum yang dilakukan justru oleh aparatus negara itu sendiri._ _Seperti beredar viral video dugaan penyiksaan terhadap orang Papua oleh aarat TNI, tanpa ada proses peradilan yang membuktikan orang tersebut bersalah atau tidak. Hal ini menunjukan bahwa sistem hukum peradilan kita di Indonesia ternyata jauh lebih buruk ketimbang sistem hukum dan peradilan imperium Romawi pada ribuan Tahun lalu._ 

 _Selamat memperingati Jumat Agung dan menyambut Paska buat basaudara semua, khususnya rakyat Bangsa Papua. Semoga segera terbebaskan._ 

 _Ilustrasi: andai saja Yesus hidup di masa sekarang, mungkin ia tidak disalib, tapi dimasukin kedalam tong drum lalu disiksa "._ 

Tulisan refleksi singkat saudara Riko ini membuat saya merenung pagi-pagi sebelum mengawali semua aktivitas, perasaan cemas, haru, sedih, kesal, sampai emosi, semua bergolak dalam renungan pagi ini sebagai Orang Asli Papua yang turut merasakan dampak konflik berkepanjangan ini.

Masih dalam renungan, saya terus membayangkan akankah para hambah Tuhan yang diberkati ini menyampaikan kabar baik bagi orang Papua tentang derita panjang Orang Papua yang sudah menjadi kronik ini diatas mimbar-mimbar gereja pada momentum Ibadah perayaan Paska ini. Akankah Paska kali ini akan membawah harapan baru bagi umat Tuhan dari desas desus untuk segera keluar dari lingkaran kekerasan bak neraka yang selalu menghantui kehidupan umat Tuhan Diatas Tanah Papua, Ataukah akan seperti biasanya pada sebagian besar hamba Tuhan, pada momentum perayaan paska sebelumnya yang hanya seremonial, pujian dan penyembahan saja dengan membatasi diri pada khotba-khotba tentang historis dan teologis dengan mengabaikan aspek kontekstual kehidupan umat Tuhan diatas Tanah Papua ini.

Dengan belajar dari keteladanan Tuhan Yesus dalam memberitakan kebenaran Allah, keadilan, dan penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia serta keselamatan di akhirat, dan dengan sukarela mempersembahkan diriNya sebagai tebusan untuk disiksa, dianiaya, disaliban hingga meninggal dan bangkit, hari ini menjadi momentum penting untuk umat Tuhan di Tanah mendengar kabar baik itu dari mimbar-mimbar gereja. 

Pada kesempatan yang lain, para Aktivis Papua dari berbagai kalangan pada berbagai kesempatan menyerukan kemerdekaan atas seluruh makluk ciptaan Tuhan yang ada diatas tanah Papua dari cengkraman Kolonialisme, Militerisme Indonesia dan Imperialisme Barat yang menjadi sebab petaka Kemiskinan, Marjinalisasi, konflik berkepanjangan, pecah-belah keutuhan, eksploitasi SDA besar-besaran, pembunuhan dan perampasan hak hidup, perampasan lahan, serta tertutupnya ruang-ruang berpendapat bagi rakyat Papua dalam mengadukan nasib hidup yang mengancam eksistensi kehidupan dan keutuhan Umat Tuhan, adalah bagian lain yang tidak terpisahkan daripada perjuangan Tuhan Yesus semasa hidupnya sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan yang patut diteladani.

Sudah bukan rahasia lagi, bahwa masifnya operasi-operasi militer, pembungkaman ruang-ruang demokrasi untuk mengungkapkan kehendak, tingkat kriminalisasi yang tinggi terhadap para aktifis berserta berbagai intimidasi dan ancaman, sebaliknya Impunitas tinggi terhadap pelaku-pelaku pelanggaran hukum secara luas dan terang-terangan yang terus di pertontonkan oleh negara yang tidak disebutkan satu-persatu, Umat Tuhan seperti dibiarkan berjuang sendirian mencari keadilan.

Situasi konflik yang berkepanjangan, penegakan hukum yang bias, dan buramnya keadilan ini seakan mendorong umat Tuhan mencari tempat sandaran yang senyaman mungkin untuk mencurahkan seluruh isi hati, keluh, kesah, dan keresahan hati setelah terlampau lama terpendam dalam diam. 

Dengan demikian besar harapan Gereja menjadi tempat sandaran yang empuk dan nyaman bagi Umat Tuhan terutama Rakyat Papua mengadukan seluruh perkara hidupnya ke pada Tuhan Yesus, Sang Pembebas.

Semoga derita dan ratapan umat Tuhan diatas Tanah Papua ini keluar dari setiap mulut Hambah Tuhan diatas mimbar-mimbar Gereja pada perayaan Paskah Ini.

Selamat Paskah

selamat pagi!

Penulis oleh: Hilder Hilimu vinus kabak

Aktivis mahasiswa 

Jayapura Papua,30 Maret 2024

Editor oleh: Eskop wisabla 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun