Mohon tunggu...
Eskage
Eskage Mohon Tunggu... - -

Suka membaca, meski tak kunjung bisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pemberi Pemeras, Pemberi Ikhlas dan Penerima Rakus, Penerima Khusus.

11 November 2012   12:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:37 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seorang pengusaha kaya memberi 'hadiah' kepada pejabat. Dengan memberi kepada pejabat dimaksud, maka apa yang sudah diberikan diharapkan akan kembali. Dan menjadi berlipat-lipat tentunya. Hal ini biasanya dimaksudkan agar setiap ada 'proyek' dari instansi di bawah wewenang pejabat yang pernah diberi, akan memberi prioritas lebih terhadap perusahaan si pengusaha kaya tersebut. Meskipun perusahaan si pengusaha kaya  sebenarnya tidak memiliki kompetensi di bidang pekerjaan yang sedang akan dijadikan 'proyek'.

Seorang pejabat , terikat oleh sumpah jabatan dan undang-undang untuk tidak menerima 'hadiah' dari siapapun dalam batasan tertentu. Tapi apa boleh buat, meskipun sang Nyonya seorang sederhana dan tidak pernah mengharap lebih kepada suaminya yang kebetulan seorang pejabat, tetapi gaya hidup hedonis yang dianutnya (yang konon untuk menjalin relasi atau promosi) memerlukan suplai 'amunisi' tambahan. Tak cukup kalau mengandalkan gaji. "Masak iya pejabat teras di dinas atau di kementerian kok pakai sepatu seratus ribu," demikian kira-kira bisikan sang pamong bertanduk dua.

Seorang kaya memberi 'hadiah' kepada tetangganya yang serba kekurangan, menyisihkan sebagian hartanya untuk para yatim yang berada di sudut-sudut panti asuhan, membelanjakan hartanya sebagian atau bahkan seluruhnya untuk perjuangan sosial secara bergerilya tanpa mengharap pamrih apapun dari kegiatannya tersebut. Ia hanya mengharap ridho dari ilahi, ia hanya berusaha menghindari 'birokrasi yang rumit'  di akherat kelak karena terlalu banyak harta. Akan tetapi, dunia justru selalu menghampirinya. Kemudian ia akan berusaha lagi untuk mendistribusikannya secara 'benar' dan 'nalar'.

Seorang beriman yang menurut pandangan orang selalu kekurangan, menerima hadiah dari sang dermawan kaya. Tetapi rupanya orang beriman tersebut sudah merasa selalu berkecukupan karena selalu mensyukuri apa yang sudah diberikan Tuhan kepada dirinya dan keluarganya. Meskipun harus nunggak kalau membayar uang bulanan putra-putrinya. Meskipun makan cukup dengan garam, itupun hanya satu kali sehari. Maka ia menyalurkan kembali sedekah dari sang dermawan kaya. Selalu begitu tanpa ada yang tahu.

Memang benar bahwa: Tak berkurang yang kita miliki hanya karena memberi. Tetapi ada dua pilihan beserta konsekuensinya. Silahkan pilih yang mana.

Memang benar bahwa: Menerima hadiah sangatlah indah. Tetapi ada dua pilihan beserta konsekuensinya juga. Lagi-lagi, silahkan pilih sendiri yang anda suka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun