Sabtu Minggu ini Jogja geger dengan ulah dari pemilik akun @Joeyakarta mas Elanto Wijoyono. Tindakannya untuk "menasehati" para pengendara Moge mendapat komentar beragam dari para pengguna aplikasi socmed di dunia maya. Setelah topik peminum miras diduga mabok dan mengayunkan cangkul ke pengendara motor di Jogja, maka inilah topik hangat minggu ini di Jogja. "Moge head to head Goweser Jogja"
Kawanku terntu saja terpisah jadi dua kubu, seperti juga kasus "preman cangkul" minggu lalu. Aku melihat dari sisi pengendara Moge dan juga dari sisi para Goweser yang merupakan kegiatan mingguanku selama beberapa bulan ini. Ki Broto, pengendara Moge kawakan, yang sekarang lebih banyak bersepeda keliling kompleks (?), menyampaikan aturan sesuai legislasi di Indonesia. Dia tidak menampik bahwa ada pengguna Moge yang tidak patuh aturan, tapi tidak semua pengendara Moge seperti itu.
Dari sisi lain, kubaca juga masukan pada para pengendara sepeda yang sering melanggar lalu lintas saat diadakan JLFR (Jumat Last Friday Ride) di Jogja. Jadi pengendara Moge dan Pengendara sepeda sama-sama melanggar undang-undang lalu lintas. Namun ada juga suara yang membandingkan personil pengendara Moge dengan pengendara sepeda saat konvoi JLFR.
"Pengendara Moge itu sebagian besar terdiri dari pria dewasa yang terdidik dan berpenghasilan cukup, sedangkan pengendara sepeda JLFR, sebagian besar adalah ABG yang memang masih labil dan terpancing euforia kebebasan bersepeda di hari Jumat malam"
Aku sendiri memilih netral memahami kondisi ini. Kawanku banyak yang pengendara Moge, bahkan baru saja aku berkomunikasi dengan babe Pray maupun mas Indro Warkop yang sama-sama pengguna moge dan taat aturan lalu lintas. Pengendara Moge yang lain yang ada di lingkungan persahabatanku, saat ini memang mulai makin banyak yang beralih ke penggowes sepeda pancal. Mungkin mereka melihat sisi positif dari mengayuh sepeda pancal.
Komunitas Moge dan Goweser memang sangat berbeda, tetapi banyak kawanku yang bisa menyatuklan kedua dunia ini dan mereka adalah anggota komunitas yang taat aturan. Sementara itu, saat ini di sisi lain, banyak pengendara Moge yang sering melibas kota Jogja dengan arogansinya. Baru saja anakku yang pulang dari KKN di Gunung Kidul bertemu dengan konvoi Moge dan dia melaporkan bahwa para pengendara Moge itu menghabiskan lajur milik pengguna jalan yang lain. Anakku terlihat kesal dengan tindakan para pengendara Moge itu.
Di detik(dot)com kubaca juga komentar ketua HDCI perihal kasus yang lagi hangat "Moge head to head Goweser Jogja" ini.
"Kami yang bertanggung jawab kalau ada apa-apa. Kalau ada oknum anggota kami yang tidak benar maka perlu ambil tindakan tegas buat mereka," kata Nanan Sukarna pada upacara pengibaran bendera di acara HUT RI di Candi Prambanan yang diikuti ribuan bikers Harley Davidson seluruh Indonesia, Sabtu (15/8/2015).
"Salut banget mas, jempol 4 untuk anda", begitu antara lain komentar Goweser Jogja.
Penduduk Jogja, asli maupun pendatang, Goweser maupun bukan, rata-rata mendukung tindakan mas Elanto Wijoyono. Pasti ini adalah tumpukan "kesebalan" mereka terhadap ulah beberapa pengendara Moge yang kadang terlihat arogan dan kurang disiplin terhadap aturan lalu lintas.